#13

874 129 64
                                    

Siapin tisu barang kali ada yang ingusan pas baca ini😅 (dih PD bgt gw yak, kek bisa aja bikin orang nangis.)

PS. Gw tungguin bacotan kalian dikolom komentar, awas aja yang diem² bae. Atau part 14 bakal gw segel...

 Atau part 14 bakal gw segel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Mata terpejam itu terbuka setelah menunggu beberapa saat sengaja terpejam menunggu hingga Jennie jatuh tertidur usai menangis sesenggukan, menangisi nasib dirinya.

"Eomma juga minta maaf, karena kebodohan Eomma kau harus hidup dalam kebohongan." Tangan Jisoo bergerak membelai kepala Jennie.

"Tetapi sungguh, meski aku mengetahui kebenarannya, jikapun takdirku mati saat melahirkanmu, maka aku tetap akan menempuh semua itu."

Jisoo terus menatap wajah Jennie lekat-lekat, jadi seperti inilah rupa si anak saat sudah dewasa. Jadi anak yang cantik jelita, tak ada cacat pada tubuhnya. Melihat Jennie tumbuh baik-baik saja seperti ini Jisoo sudah amat sangat bersyukur. Seandainya pun Jisoo tutup usia malam ini juga, maka tak mengapa, dia sudah melihat anaknya di masa depan.

Waktu terus berlalu, Jisoo membiarkan keadaan seperti. Jennie yang tertidur pulas memegang tangannya. Sedangkan Jisoo, dia tak berhenti untuk menatap wajah Jennie.

🍁🍁🍁

Tidak bisa menahan rasa ingin buang air kecil membuat Jisoo nekat bangun dari tempat tidur, melangkah sendiri dengan kaki masih bergetar menuju kamar mandi. Jisoo meninggalkan Jennie untuk beberapa saat, dia tidak tega mengganggu Jennie yang masih terlelap dalam tidurnya.

Saat keluar dari kamar mandi, Jisoo berjalan lebih lambat. Selain kakinya masih bergetar, berusaha menahan berat tubuh. Pun lantaran telapak kaki Jisoo membengkak, sebagai reaksi dari usia kehamilan. Itu membuat Jisoo harus ekstra sabar menuju tempat tidur yang masih butuh beberapa langkah kaki lagi. Demi menjaga keseimbangan agar tidak jatuh, Jisoo memutar otak. Jisoo berjalan dengan merambat-merambat, berpegangan pada dinding. Hingga tidak sengaja, Jisoo menabrak tepi meja, mengeluarkan suara mengaduh yang mampu mengusik tidur Jennie.

"Ada apa?" Jennie langsung saja terbangun, panik mencari sumber suara.

Mata Jennie melotot kaget, mendapati memar biru di lutut sang Ibu. "Astaga, Jisoo..."

Bergerak cepat, Jennie menghampiri Jisoo dan menuntun Ibunya itu untuk berjalan menuju tempat tidur. Menduduknya di tepi kasur yang empuk.

"Tunggu di sini sebentar, jangan kemana-mana." Jennie melesat keluar, entah untuk apa, Jisoo hanya diam mengamati anaknya itu cemas, sangat menggemaskan sekali.

Penuh kesabaran, sesuai atas permintaan Jennie. Jisoo duduk diam menunggu kedatangan sang anak. Ingin tahu apa yang akan di lakukan Jennie terhadap dirinya. Panjang umurnya, baru saja Jisoo memikirkan Jennie, si pemilik nama datang. Jennie membawa sebaskom air hangat dan handuk dengan kain yang lembut.

My Heaven (Jensoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang