🍁🍁🍁
Daun-daun kering berjatuhan, terhembus angin sepoi-sepoi. Mentari siang ini tidak panas menyengat, cuaca hanya hangat saja, sehangat perasaan Jisoo kali ini. Mimpi apa dia semalam, hingga mendapatkan perlakukan manis dari lelaki pujaan hati.
Kyungsoo, lelaki itu menawarkan diri untuk mengantar Jisoo pulang saat pusat kesehatan sudah sepi---tidak ada lagi pasien. Tentu saja, kesempatan emas ini tidak mau disia-siakan. Jisoo jelas mau. Meski lelaki itu menggunakan sepeda milik Jisoo, keduanya berboncengan.
"Jisoo, jangan dilepaskan. Tetap pegangan, atau kamu bisa jatuh nanti!" Kyungsoo memperingati, saat Jisoo melepas salah satu tangan dari kemeja. Jisoo merentangkan tangan, memejamkan mata untuk menikmati momen-momen mendebarkan ini.
Tak dapat dipungkiri, duduk di belakang, menatap punggung Kyungsoo sedekat ini dan bahkan bisa memeluk pinggang lelaki dingin itu. Membuat detak jantung Jisoo berdebar-debar, jika saja jantung Jisoo tidak terlindungi kerangka tulang dan dilapisi kulit. Sudah dapat dipastikan jantung Jisoo meloncat keluar, lantas jatuh berdentum di jalanan.
Menuruti kemauan Kyungsoo, Jisoo kembali memeluk pinggang Kyungsoo saat lelaki itu membawa mereka di jalan yang menurun. Kali ini Jisoo memejamkan mata bukan karena takut jatuh, tapi karena debaran jantungnya makin kencang, Jisoo menunduk, menyembunyikan wajahnya yang terasa panas, mungkin sudah seperti kepiting rebus, wajahnya sudah merah merona karena perasaan yang berbunga-bunga meletup-letup di dalam hati.
Tiba di penghujung tujuan, Jisoo justru kecewa kepada waktu. Mengapa momen indah dan menyenangkan ini berlalu begitu cepat. Meski jarak pusat kesehatan kampung dengan rumah cukup lumayan jauh, mengapa perjalanan ini justru berlalu cukup singkat.
"Kita sudah sampai." Dengan perasaan berat, tak rela untuk melepaskan pelukan di pinggang Kyungsoo. Jisoo tetap harus melakukannya, dia tidak mau lelaki pujaan hati sampai risih.
"Terimakasih sudah mengantarku pulang. Maaf, aku merepotkan dirimu, oppa!"
"Siapa bilang kamu merepotkan, aku malah bisa mengantarmu. Terakhir kali kamu membawa sepeda, justru menabrak dan melukai orang lain."
Apa yang dikatakan Kyungsoo, membuat Jisoo tertawa kecil, salah tingkah atas kelakuannya yang memalukan kemarin. Kyungsoo mendapati kedatangan ke pusat kesehatan pagi-pagi sekali, dengan keadaan lusuh, baju basah berkeringat, bau apek, belum lagi mengendong Jennie.
"Astaga, dokter Kyungsoo..." Suara Irene menggelegar, membuat kedua---Jisoo dan Kyungsoo saling menatap wanita yang tengah hamil tiga bulan itu, berjalan terburu-buru menghampiri mereka yang masih berdiri di depan gerbang Pertenakan.
"Wah, dokter Kyungsoo mengantar adikku pulang, ya?"
"Ne, aku mengantar Jisoo pulang. Kebetulan pusat kesehatan tutup lebih cepat, warga sekitar tidak banyak yang datang."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Heaven (Jensoo)
Fiksi PenggemarJudul : My Heaven Genre : Keluarga dan perjalanan waktu Episode : Lengkap Jennie kesal karena Ibunya selalu memaksa hadir di peringatan kematian sang Bibi, sekalipun tak mengenalnya dengan baik. Hingga suatu hari Jennie yang tak sengaja bertemu de...