#11

856 146 77
                                    

🍁🍁🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍁🍁🍁

Memaksakan langkah kaki, Jennie berjalan keluar dari rumah sakit dalam balutan kebingungan. Dirinya tidak mau percaya kepada isi kepalanya sendiri yang terus membuat praduga tak masuk akal. Bagaimana bisa dia adalah anak Jisoo?

"Hahaha..." Tertawa menyerupai orang gila.

Begitu tiba di taman rumah sakit, berdiri di bawa pohon yang  jauh dari keramaian. Kartu namanya sebagai peserta karyawisata masa lalu di dikeluarkan dari dalam saku, melihat ada tong sampah terbuat dari besi, di dalamnya sampah daun-daun kering tengah di bakar. Jennie melempar kartu berlapis emas itu ke dalamnya.

Sejenak Kartu tanda Jennie sebagai karyawisata masa lalu itu tersulut, ikut terbakar, hingga kemudian tiba-tiba kembali dalam bentuk utuh dan sedang di genggaman sosok penjelajah waktu---dia telah muncul di hadapan Jennie.

"Yo.. Yo... Aku datang, ada apa Jennie, mengapa kau memanggilku?" ucapnya bersikap riang ditengah ekspresi Jennie yang murung.

Tanpa aba-aba, Jennie langsung mencengkeram kera kemeja si Penjelajah waktu. "Katakan padaku kau pasti sudah mengetahui kebenarannya, kan?"

"Apa yang aku pikirkan saat ini pasti salah?" tambahnya, sudah berair mata.

"Wohoo, Jennie tenanglah!"

"Jawab!!"Jennie tak tahan lagi, dia berteriak.

"Memangnya apa yang kau pikirkan, aku ini bukan dukun yang bisa membaca pikiran orang."

Air mata Jennie keburu tumpah, sulit sekali untuk mengatakannya. Sesungguhnya tanpa jawaban si penjelajah waktu, Jennie pun sudah menemukan kebenaran. Dia mulai bisa merangkai satu persatu apa yang terjadi selama ini.

Sejak kecil, Irene tidak pernah absen memintanya turut dalam upacara kematian Jisoo.

"Eomma, aku tidak bisa mengikat pintanya." Jennie kecil susah payah mengikat pita berwarna putih di rambut yang di kepang.

Membuat atensi Irene yang semula menata karangan bunga di setiap sisi photo Jisoo terhenti, teralihkan menatap putri kecilnya. Segera saja, dia membantu Jennie mengikat pita berwarna putih itu, dan bahkan merapikan baju hitam belasungkawa yang dikenakan Jennie.

"Nah, sudah cantik anak Eomma..." Irene tersenyum menatap wajah kecil Jennie yang menggemaskan.

"Sekarang segera panggil Appa, sebentar lagi kita akan memulai upacaranya peringatan Bibimu..."

Tanpa perintah dua kali, Jennie berlari menuju ruang tengah, dimana keberadaan sang ayah yang tengah membaca laporan keuangan perusahaan. Dan sesuai permintaan Irene, Jennie meminta ayahnya segera menuju aula rumah, segera upacara kematian Jisoo---bibinya di laksanakan.

Bahkan memerintah Jennie untuk memimpin salam penghormatan saat dia beranjak dewasa.

"Majulah ke depan!"

My Heaven (Jensoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang