Beberapa minggu setelahnya, seluruh siswa siswi SMA Garuda berkumpul dilapangan utama untuk melakasanakan upacara bendera.
Bersyukurnya sinar matahari pagi ini tidak begitu terik, sehingga tidak membuat mata menyipit ketika memperhatikan pak Mario--kepala sekolah-- menyampaikan pidato miliknya.
"Seperti yang kalian ketahui, 1 minggu lagi kita akan melaksanakan ujian kenaikan kelas. Untuk itu, saya dan para guru lainnya meminta kepada kalian agar memanfaatkan waktu satu minggu ini sebaik-baiknya. Jangan membuat masalah. Selesaikan tugas yang belum tuntas. Dan juga absensi akan menjadi bahan perhitungan untuk kami diskusi dalam penentuan kenaikkan kelas nanti."
Semua siswa mendengarkan penuturan pria paruh baya yang sedang berdiri di podium itu dengan baik. Begitu juga dengan Nesa dan Ayra yang berbaris di barisan belakang, disamping Heksa dan Ares.
"Anjir lah. Setahun aja ni?" celetuk Ares sambil memperbaiki topinya.
"Yah, sayang banget. Minta request supaya sekelas berempat lagi bisa nggak ya?" tambah Heksa membuka bungkus permen tangkai yang ia ambil dari saku celana.
"Kenapa tiba-tiba gue takut beda kelas sama lo ya, Ay?"
Ayra tersenyum kecil mendengar celetukan Nesa disampingnya. "Ya gak papa tau. Berarti lo harus bisa cari relasi pertemanan lebih banyak lagi. Lebih banyak lebih bagus kan? Jangan kayak gue."
Mendengar itu membuat Nesa cemberut. "Yah, kok gitu sih? Nanti yang bantu gue jawab soal ulangan bahasa inggris siapa lagi kalau bukan lo?"
"Lo--bangsat lah."
"Dan seperti biasa, setelah ujian kenaikkan kelas, kalian akan di liburkan selama satu bulan penuh untuk menyegarkan otak yang sudah terkontaminasi dengan soal ujian. Jangan lupa juga, katakan pada orang tua untuk mengambil raport sesuai info yang diberikan nanti. Selamat berjuang, demi masa depan yang banyak uang. Sekian dari saya, dan terimakasih."
Suara tepuk tangan menggelegar di lapangan GHS saat ini. Tak sabar menunggu waktu libur itu segera datang. Mengingat mereka yang sudah dihajar habis-habisan selama kurang lebih 3 minggu ini dalam mengerjakan soal untuk persiapan ujian.
Setelahnya, seluruh siswa dipersilahkan untuk masuk ke kelas masing-masing. Menunggu guru yang akan mengajar pagi ini.
. . .
Bu Mel, masuk ke kelas X MIPA 1 dengan senyum manis yang terukir dibibir manis nya.
Wali kelas sepuluh MIPA satu itu, memandang murid nya satu persatu.
"Gak kerasa, udah satu tahun aja ibu menjabat sebagai wali kelas kalian."
Para siswa yang awalnya sedang berbisik, serempak terdiam ketika mendengar suara bu Mel yang menusuk indra pendengaran mereka.
"Walaupun banyak gosip miring tentang kelas ini diluar, tidak usah didengarkan ya? Kalian anak didik ibu yang paling hebat. Jangan langsung drop ketika mendengar cacian diluar sana. Ingat, kalian sudah SMA. Bukan anak SMP lagi."
Pandangan bu Mel terhenti pada pojok kelas. "Kelas ini bewarna. Tidak monoton. Ada Heksa yang kadang tukang cabut di beberapa mata pelajaran, Ares si ganteng ibu yang kadang telat, Fira yang suka ceplas ceplos, Nunung yang lemotnya minta ampun, dan masih banyak lagi hal unik dari kalian yang tidak bisa ibu sebutkan satu per satu."
"Harapannya setelah naik kelas nanti, harus berubah jadi lebih baik lagi ya? Balas omong kosong orang-orang dengan prestasi yang kalian punya." Tak sadar guru berkepala tiga itu menitikkan air matanya.
"Science of one passwordnya?"
"BU MEL, ONLY ONE!"
Seluruh siswa berhambur ke pelukan bu Mel yang sudah merentangkan tangannya. Sangat menyayangi guru yang selalu dan amat mengerti mereka ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/334809128-288-k193788.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Ayra: Cerita Cinta SMA
Teen FictionMemang benar, masa SMA itu masa yang paling indah. Masa dimana kita mulai mengenal apa arti cinta sesungguhnya. Ayra selalu menanamkan pada pikirannya, bahwa ia tidak boleh terlalu berharap bahwa percintaannya di masa SMA akan sangat bahagia. Layak...