40. Pilihan

162 8 5
                                    

Katanya, malam memang wkatu yang pas untuk overthinking ya?
Sudah hampir satu bulan, Heksa tidak berkomunikasi dengan gadisnya. Heksa terduduk dikursi putar belajar. Memandang 2 figura yang selalu ada di nakasnya. Satu figura dirinya dan Nadya, dan satu lagi foto kecilnya dan Ayra.

Ini kenapa dirinya seperti seseorang yang dilema? Dilema antara dua pilihan yang lumayan sulit. Tapi memang itu kenyataannya.

Salah jika dia menyayangi perempuan yang berbeda dengan posisi yang tak sama dalam hatinya? Katakanlah dirinya brengsek. Karna memang itu adanya.

Sebenarnya tidak sulit. Hanya dirinya yang mempersulit. Di satu sisi, Nadya pacarnya. Dirinya sangat mencintai dan menyayangi gadis itu. Melepaskan? Tidak mungkin. Sia-sia waktu selama kurang lebih 2 tahun ini jika mereka berpisah. Banyak impian yang harus mereka capai. Tapi disisi lain, ia selalu merasa tidak enak hati untuk mengekspresikan apa yang sebenarnya tidak ia sukai pada sang pacar.

Kunci dalam suatu hubungan itu, komunikasi, kepercayaan, sama kesetiaan, Sa. Satu aja yang kurang, mungkin hubungannya gak akan bertahan lama. Ya walaupun gue gak pernah pacaran sih. Tapi menurut buku yang gue baca begitu.

Lagi-lagi Ayra terlintas dibenaknya. Kata-kata gadis itu seperti penenang di kala dirinya sedang dihujani banyak masalah.

Ayra Seana Arshella. Gadis itu menyukainya? Heksa tertawa sumbang ditempat duduknya. Apa yang Ayra sukai dari dirinya? Apakah setelah disakiti secara tidak langsung, Ayra akan tetap menyukainya?

Ayra sahabatnya. Sahabat kecilnya. Gadis itu bisa memberikan seribu solusi dari satu cerita yang ia jabarkan. Karna memang, ia merasa--lumayan nyaman bercerita dengan Ayra?

Heksa mengacak rambutnya kasar memikirkan hal yang berbelit ini.

Ia merasa bersalah. Sangat merasa bersalah pada Nadya karna telah mengecewakan gadisnya. Sudah berapa bayangan kalimat putus yang terlintas di benaknya?

Jadi cowok itu, harus gentleman nak. Kalau iya, bilang iya. Kalau enggak, bilang enggak. Kamu harus bisa bertanggung jawab dengan pilihan yang kamu ambil.

Itu pesan papanya. Salah satu orang yang menjadi role model nya dalam hidup. Ia ingin seperti papanya. Sosok laki-laki yang setia, bertanggung jawab, dan membahagiakan keluarga.

Heksa bersandar merilekskan tubuh. Bertanya pada hati kecilnya ditemani sunyi malam kali ini. Cowok itu memejamkan mata. Ia sadar. Ia sudah melakukan kesalahan besar ketika menceritakan hubungan pribadinya pada orang luar. Sekalipun orang itu adalah sahabatnya sendiri.

Karna kesalahannya, sampai membuka ruang untuk orang yang ia percaya jadi menyukainya.

"Fuck! Tolol! Goblok banget bangsat! Brengsek!" Heksa menarik rambutnya frustasi.

Albara, kamu ingat kalimat aku ya? Aku sayang kamu. Cinta nya mungkin udah cinta banget. Tapi, sometimes kalau kamu mau pergi, silahkan. Aku gak bakal nahan. Kenapa? Jawabannya, untuk apa aku mempertahankan seseorang yang sebenarnya ingin pergi? Tapi bukan berarti aku gak sayang kamu lagi.

Heksa terus berfikir. Ini bukan pilihan. Hanya kemantapan pada hatinya yang harus berlabuh pada siapa.

Setelah berfikir cukup lama, Heksa menganggukkan kepalanya mantap. Pilihannya sudah bulat. Ia sudah mempertimbangkan pilihannya selama satu bulan ini. Ia sengaja mengganti nomor hp nya, untuk meyakinkan hati siapa orang yang berhasil menumbuhkan rasa rindu dan kesepian dalam hatinya.

Dan Heksa sudah menemukan jawabannya sekarang. Cowok itu bergegas mengambil kunci motor, jaket, dan helm untuk menuju rumah seseorang.

"Gue yakin. Ini jawabannya."

Diary Ayra: Cerita Cinta SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang