"Sebenarnya gue udah bawa barang sama baju dari pagi. Jadi lo temenin mama di rumah ya, gue perginya hari ini ke Bandung. Insyaallah 4 atau 5 hari lagi pulang. Mau tanding basket besok soalnya. Maaf gak sempat pamit ke lo dulu. Gue juga udah ngasih tau Mama dari semalem kok. Doain menang ya?"
"Oh oke, pasti gue bantu jagain tante Rini. Abisnya lo gak ngomong sih. Yaudah gue tutup ya? Ada urusan nih. Semoga lo menang. Aamiin."
Ayra menyimpan ponsel dan melangkahkan kaki menuju ruang seni. Sesuai dengan tempat yang ia janjikan dengan seseorang. Sekarang sudah menunjukkan pukul 5 sore lewat 5 menit.
Orang itu memang membuat janji padanya, agar datang ke ruang seni pada waktu 20 menit setelah ekskul saja. Tujuannya? Si pengirim tidak mau ada yang mengetahui pertemuan mereka. Katanya ini bersifat privasi. Ayra harus melakukan seseuai instruksi jika tidak ingin malu nanti.
Sedikit lagi langkahnya sampai di depan ruang seni. Ayra melihat tubuh seorang gadis yang bersandar pada dinding loker dan membelakanginya. Dari perawakan tubuh, sepertinya Ayra mengenalinya.
Ayra menepuk bahu perempuan tersebut yang membuat gadis itu terlonjak kaget.
Ketika gadis itu berbalik, membuat Ayra segera menutup bibirnya rapat-rapat. Bukan. Dia bukan takut. Hanya sedikit kaget saja bahwa yang mengirim pesan bukan orang yang ia duga.
Nadya mengajak Ayra untuk segera duduk di bangku yang tersedia di depan ruang seni. Suasana sekolah sudah mulai sepi. Para siswa yang ekskul sudah pulang dari 20 menit yang lalu. Ayra mengusap kedua lengannya karna udara sudah cukup dingin menusuk kulit.
"Jadi? Bisa jelasin maksud foto-foto ini, Ayra?" tanya Nadya dengan raut wajah datar sambil menunjukkan foto-foto yang ada di ponselnya.
Ayra mulai mengambil alih ponsel Nadya. Menjelaskan maksud dari foto itu satu per satu. Dari sekian banyak foto, kenapa harus dirinya yang seolah terlihat seperti perempuan gatal?
Oke. Tidak usah di pikirkan. Permasalahan utamanya bukan itu sekarang.
"Ini." Ayra memperlihatkan foto pertama.
"Waktu itu dia nitip susu kotak karamel kesukaannya. Gue kasih. Tapi setelah itu, dia usil dengan buang sampah susu nya ke meja gue. Karna gue kesal, jadi terjadi aksi kayak foto di hp lo ini."
Selanjutnya, Ayra menggeser layar ponsel untuk memperlihatkan foto yang ke dua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Ayra: Cerita Cinta SMA
Roman pour AdolescentsMemang benar, masa SMA itu masa yang paling indah. Masa dimana kita mulai mengenal apa arti cinta sesungguhnya. Ayra selalu menanamkan pada pikirannya, bahwa ia tidak boleh terlalu berharap bahwa percintaannya di masa SMA akan sangat bahagia. Layak...