Upacara selesai. Semua siswa, mulai masuk ke dalam kelas masing-masing. Hari senin, selain upacara ada satu hal yang sedikit menyebalkan bagi sebagian siswa. Membayar kas.
Sebelum teman-temannya memasuki kelas, Nesa sudah lebih dulu menarik Ayra agar sedikit berlari menuju kelas.
"Cepet, Ay! Nanti mereka keburu masuk kelas!" Dengan nafas terengah, Ayra pasrah dengan tangannya yang ditarik Nesa begitu saja.
"Nes... Huh... Huh..." sampai di depan kelas, Ayra langsung menopang badannya dengan meletakkan tangan di lutut. Mengatur nafas karna tidak teratur.
Brak!
Secepat kilat, Nesa melompat ke tempat duduknya untuk mengambil dompet dan buku kesayangannya.
Setelah selesai, Nesa melangkah santai menuju pintu dengan senyum puas yang tercetak diwajah gadis berponi itu.
"Nesa anjing. Lo nggak ngotak bangsat," umpat Ayra melangkah ke tempat duduknya. Mengambil kaca & tisu untuk mengusap peluh.
Sementara Nesa sendiri cengengesan ditempat. "Hehe, maaf Ay.""Nyenyenye~"
Nesa mulai membuka bukunya. Mengeluarkan pena untuk bersiap siap menagih anak-anak yang akan masuk kelas nanti.
"Eits! Tunggu dulu bos," Nesa menghadang satu teman cowoknya yang akan memasuki kelas.
Matanya menelisik membaca nama di sisi kanan baju seragam. "Yanto Supriadi." melihat nama dibuku yang ia pegang. "Kas lo nunggak empat ribu sama yang sekarang."
"Yailah, Nes. Baru juga minggu kemarin gue ngga bayar."
"Bodo amat. Mana duit?" gadis itu menegadahkan tangannya di depan wajah Yanto.
Dengan wajah masam, cowok itu mengeluarkan satu lembar uang sepuluh ribuan.
Nesa senyum manis menerima dan memasukkan uang itu ke dalam dompet. "Lunas nih? Atau bayar sampe 3 minggu kedepan?"
"Gila aja lo bayar sampe 3 minggu ke depan. Engga jadi beli es krim untuk si Dea dong." ucapnya dengan wajah memelas.
"Nih nih gue balikin enam rebu lagi. Lunas minggu ini ya, Nto." Nesa mengembalikkan sisa uang milik yanto. Menceklis pada kolom nama cowok itu.
"Lo boleh masuk."
Selanjutnya, tampak siswa siswi duduk di bangku depan kelas untuk membayar uang kas. Ada yang sebal, ada juga yang b aja.
Nesa terus melakukan kegiatan tersebut sampai gadis itu lelah sendiri berdiri di tempat. Sampai akhirnya tersisa dua makhluk lagi yang harus ia tagih.
"Heksa Albara...sepuluh ribu."
Nesa memandang Heksa dengan mata yang memicing. "Gue udah kasih toleransi minggu lalu ya. Dan lo janji bayarnya hari ini."
"Minggu besok deh, Nes." cowok itu memasang wajah memelas.
Heksa itu sebenarnya punya dompet yang waw gitu. Tapi bayar kas susah banget. Mana isinya uang biru lagi.
"Engga ada cerita! Minggu besok minggu besok. Dari kemarin itu itu mulu. Tapi lo nggak bayar-bayar!"
"Capek tau nggak gue di ghosting mulu." dumelnya dengan tangan bersedekap dada.
Heksa, Ares, dan Ayra tertawa melihat Nesa yang terlihat kesal. Ada beberapa anak kelas yang ikut tertawa dan ada juga yang memilih tak acuh.
Bukan hal baru lagi bagi mereka melihat dua curut itu yang selalu mendapat omelan Nesa setiap senin.
"Lo juga! Nama bagus. Tapi kelakuan minus!" tunjuknya pada Ares yang bersandar di tembok samping ia berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Ayra: Cerita Cinta SMA
Ficção AdolescenteMemang benar, masa SMA itu masa yang paling indah. Masa dimana kita mulai mengenal apa arti cinta sesungguhnya. Ayra selalu menanamkan pada pikirannya, bahwa ia tidak boleh terlalu berharap bahwa percintaannya di masa SMA akan sangat bahagia. Layak...