Libur semester masih tersisa 3 hari lagi. Selama seminggu ini, Ayra lebih banyak menghabiskan hari-hari dirumah. Jujur, ia tim netral sih ya. Kalau diajak keluar hayuk, kalau di rumah juga betah.
Setelah selesai menjemur pakaian miliknya dihalaman belakang, Ayra menenteng ember kosong kemudian ditaruh disebelah mesin cuci.
Gadis itu melangkah menuju kulkas untuk mengambil susu ultramilk fullcream yang selalu ia stok dirumah.
Duduk di pantry meneguk susu favoritnya untuk melepas dahaga.
"Umm. Enak." Ayra memejamkan mata merasakan nikmatnya susu itu mengalir di tenggorokannya.
Merasa baju yang ia kenakan ditarik-tarik, Ayra menatap ke bawah. "Kak Yaya, mau juga." Disa menarik narik piyama yang Ayra gunakan.
Gadis dengan rambut cepol itu menunduk. Menatap Disa yang hanya setinggi pahanya.
"Mau ya? Sini." Ayra menggendong Disa, kemudian menududukannya diatas meja pantry. Memberikan susu kotak yang masih tersisa setengah.
Dengan senang hati, Disa bertepuk tangan menerima susu pemberian Ayra. "Terimakasih ya, Kakak."
"Sama-sam---"
"HUAAA KAKAK TOLOONG!"
Ayra memutar kepala untuk melihat sumber suara yang memanggil dirinya. Kalau dari suara, seperti suara--Marvel? Untuk apa cowok itu memanggilnya? Wujudnya tidak ada.
Karna bingung, Ayra menyusul Marvel dengan Disa berada digendongannya. Menaiki anak tangga satu per satu agar sampai di kamar bocah prik itu.
"Apel? Lo dimana?!" tanyanya dengan sedikit berteriak.
"DI KAMAAR. HUAA ANJIR. TOLOONG."
"OK--"
"Ih! Kak Yaya berisik tau." Gadis kecil itu menutup mulut Ayra dengan satu tangannya yang kosong. Ditambah dengan ekspresi cemberut.
"Maaf ya boc--"
"KAK CEPETAN KESINI ELAH. YA ALLAH!"
"Subhanallah. Astaghfirullah. Gue dosa apa gusti sampai punya dua tuyul modelan begini."
. . .
"Capek gue sama lo tau nggak?! Dikirain kenapa napa, taunya malah begini doang."
Ayra kira, telah terjadi suatu hal kepada adik gantengnya ini. Misalnya kayak ada kecoa terbang gitu kan. Atau lagi nonton film horor tapi dia-nya takut. Atau juga, dia lagi dikamar mandi tapi kekunci.
Tapi itu salah! Kenyataannya, sangat diluar ekspetasi.
Ayra menatap Marvel dengan wajah garang. Melempar buku yang ia pegang kepada manusia yang tak bisa berkutik lagi. Menunduk memainkan jari-jarinya.
"Beginian doang juga! Matematika itu mudah kalau lo paham. Usaha mangkanya. Googling kek. Abis dapat jawabannya, kan bisa dipelajari sampai paham."
"Lo kan engga! Kerjanya ML mulu! Belajarnya kapan coba? Kenapa? Panas ya kuping lo?" tambahnya ketika rona merah menjalari telinga Marvel.
"Mangkanya jangan cari gara-gara kalau engga mau kena omel." Ayra berdiri bersedekap dada dengan dagu yang sedikit diangkat. Memandangi Marvel yang duduk di kursi meja belajar sembari memainkan jari-jarinya menunduk.
"Maaf," cicitnya.
Melihat itu, Ayra menghembuskan nafas kasar. Duduk di pinggiran kasur di sebelah Disa yang asik mencoret buku gambar. "Gue kasih waktu 30 menit untuk lo bisa jawab 5 pertanyaan yang gue tulis."
Marvel mengangkat wajahnya. Menatap Ayra dengan wajah memelas. "Yah, Kak. Jangan ditambah dong. Pliiis."
![](https://img.wattpad.com/cover/334809128-288-k193788.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Ayra: Cerita Cinta SMA
Novela JuvenilMemang benar, masa SMA itu masa yang paling indah. Masa dimana kita mulai mengenal apa arti cinta sesungguhnya. Ayra selalu menanamkan pada pikirannya, bahwa ia tidak boleh terlalu berharap bahwa percintaannya di masa SMA akan sangat bahagia. Layak...