44. Kunci Masalah

83 6 3
                                    

Setelah acara sekolah tadi selesai, mereka tidak langsung pulang. Nesa, Ayra, dan Ares berkumpul di kafe Kenanga yang menjadi tempat mereka berkumpul dulu. Waktu masih berempat. Ketiganya kembali menonton terkait vidio yang dikirimkan seseorang pada Ayra. 

Jari lentiknya perlahan menggulir layar ponsel dan memutar vidio tersebut. ketiganya fokus mendengarkan satu persatu kata-kata yang keluar dari mulut seseorang yang ada di dalam vidio tersebut. 

"Anjing banget sih, kata gue."

Refleks Ares menegur Nesa lembut karna kata yang dikeluarkan tidak enak di dengar. "Mulutnya, Cantik."

"Abis sih bikin kesel banget tuh orang," ucapnya menggebu.

Ayra menghembuskan nafas lelah. "Gak nyangka banget sih gue. Jahat banget."

Ares mengangguk mengiyakan. "Saran gue sih, kita harus mengungkap vidio ini secepatnya. Sebelum terlalu jauh kan?"

Cowok dengan kemeja hitam yang lengannya digulung sampai siku itu meneguk americano favoritnya.

Ayra melihat jam coklat yang melingkar manis di kulit putihnya. Sudah terlalu lama rasanya.

"Pulang yuk. Udah jam sembilan nih. Nanti gue pikirin gimana caranya buat ungkap vidio ini. Grup kita masih ada kan? Nanti bahas disana aja."

Nesa dan Ayra mengemasi barang-barang yang mereka punya. Segera keluar cafe dan diiringi Ares dari belakang.

"Mau gue anter? Kalau iya, nanti gue pinjem mobil temen buat nganterin lo berdua. Soalnya gue bawa CBR hari ini," ucapnya setelah sampai di depan cafe.

Nesa menggeleng. "Gak usah, Marmut. Kita udah janji sama bonyok Ayra kalau pulangnya bakal dijemput."

"Ooh yaudah."

Cukup lama ketiganya berdiri di depan cafe Kenanga. Kurang lebih 10 menit. Tak lama dari kejauhan ketiganya melihat mobil sedan hitam menuju tempat mereka berdiri saat ini.

"Nah itu nyokap gue dateng."

Ayra berbalik badan. Memberi tos khas mereka berempat pada Ares. "Duluan ya, kesayangannya Nesa!" Setelah itu Ayra berlari terbirit ke arah mobil. Meninggalkan Nesa bersama Ares dengan tawa terbahak.

Sampai di dalam mobil, ia membuka kaca mobil. Memotret Nesa dan Ares diam-diam. Tinggi Nesa yang lebih pendek dari Ares, memberi kesan romantis pada malam ini.

"Mami, sebentar ya. Nesa ada perlu sama Ares soalnya," ujarnya sambil terkikik.

Selly melihat anak sulungnya itu dari cermin mobil bagian atas. "Iseng banget."

Sementara disisi lain, Nesa memberikan tos pada Ares. Namun kepalan tangannya masih melayang di udara karna tak kunjung di balas.

Gadis itu menaikkan satu alisnya. "Kenapa? Am i make a mistake?"

Ares tak membalas. Cowok itu tersenyum menatap Nesa dalam yang berada dibawahnya. "No. I'm speechless cause you're prettiest tonight."

Serasa ada kupu-kupu diperutnya, Nesa mengalihkan pandangan. Memejamkan mata untuk menahan senyuman yang memberontak segera terbit.

"Pipinya merah," Ares mengelus pipi Nesa lembut dengan jari panjangnya.

Cowok itu terkekeh kala melihat Nesa yang biasa marah-marah padanya menjadi mati kutu waktu ia perlakukan seperti ini.

"Jadi pacar gue ya? Rasanya udah cukup lama buat gue nahan perasaan ini biar lo gak risih. Tapi kayaknya gue gak sanggup untuk sampai selama itu."

Ares menarik nafas dalam. Menghembuskan pelan seiring degup jantung yang terus berdrbar. "Will you?"

Diary Ayra: Cerita Cinta SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang