NAIN 22
"assalamualaikum gus Nain" suara dimeja resepsionis menyambut Nain yang baru saja membuka pintu,
Dan yang disapa malah terlonjat kaget,
" ahhya, waalaikumsalam"
dengan wajah terkejut yang dibuat senetral mungkin Nain menjawab.Kemudian satu orang dari meja resepsionis menghampiri Nain dengan kepala yang menunduk,
"ada yang bisa dibantu gus?" pemuda itu bertanya,
"emm, boleh tolong tunjukin ruangannya uncle Ali ga? Saya ada perlu""mari gus saya hantar, gus Ali lagi ada di ruangannya"
Dengan sopan Nain dihantar ke ruangan yang sebenarnya dekat banget dari tempat Nain berdiri barusan,
tapi gapapa lah ya.Setelah di persilahkan masuk,
kini Nain sedang duduk berhadapan dengan unclenya.
Sebuah kertas terulur ke hadapan Nain,
Karna gak ngerti apa maksudnya,
Nain Cuma menerimannya"buka" satu perintah keluar,
Lantas Nain sedikit mebelalakkkan matanya, saat membaca apa yang tertulis di kertas pada genggamannya."iya, itu jadwal mengajar kamu, Cuma tiga hari dalam seminggu, haru jumat, sabtu dan ahad'
Ali menjeda sebentar memerhatikan ekpresi Nain yang tidak bisa ditebak,
"setiap habis isya, di kelas diniyah putra 4a, 4c, dan 4e, kamu menggatikan ustad yang baru dipindah tugaskan oleh abah"Ada jeda kalimat lagi disana,
Dan kini Nain menatap Ali tepat dimatanya," saya pilih kamu, soalnya saya lihat lihat kamu tidak punya kesibukan lain ya, tenang aja, kamu udah paling enak dibanding saudara kamu yang lain, Cuma seminngu tiga kali, tanpa ada kegiatan tambahan yang lain, jadi saya harap kamu mau ya Nain"
" kelasnya dimulai besok ya Nain, sekarang kamu boleh keluar, terimakasih Nain"Berikutnya pehatian uncle Ali sudah beralih ke computer kerjanya,
Nain salim kemudian berpamitan pergi,
Nain gak tau gimana perasaannya sekarang.
Yang jelas dia sedikit emosi, sedikit kok gak banyak.
tapi banyak bingungnya,Nain buru buru menelpon seseorang yang paling bisa dia andalkan saat keadaan seperti ini,
" uncle, can you help me?"
"sure sir"setelah berbicara dengan seseorang dari balik telepon,
Nain memutuskan untuk kembali ke kamarnya." Nain"
Nain menolehkan kepalanya, dan ternyata Yusuf yang memanggil." habis dari ruangan abi Ali?" Yusuf bertanya dengan tangan yang dia letakkan di pundak adiknya.
"emm"
" bang, kayaknya habis ini bakal ada bencana besar deh"langkah mereka otomatis terhenti.
Yusuf menolehkan kepalanya, hendak melihat ekpresi Nain.
gak ada raut wajah bercanda di sana." hah? bencana apa?" Yusuf bertanya sambil meraih ponsel yang ada di saku,
dan Nain hanya diam memperhatikan.
" gak ada himbauan apa apa tuh dek" ada jeda sebentar disana.
" tuh di BMKG atau Pemkot juga" Yusuf menyodorkan ponselnya,
yang menampilkan portal berita dan situs resmi milik pemerintah.Nain mengehela nafasnya kasar.
" bencana apaan sih dek yang kamu maksud?" Yusuf bertanya lagi.
" besok, aku jadi guru"
" hah?" Yusuf malah jadi tukang keong sekarang.
" hih bang, hah hoh mulu dari tadi"
" aku, Nain adeknya abang ini, besok di suruh ngajar bang" Nain menjelaskan dengan nada dan raut muka jengkel." hahahaha" Yusuf malah tertawa, Nain yang udah kepalang sebel cuma memutar bola matanya, malas mendengar suara tawa ala bapak bapak itu.
" jadi itu bencana besar yang kamu maksud?" Nain cuma mengaggukkan kepala, kemudian merebahkan tubuhnya di kasur.

KAMU SEDANG MEMBACA
CUCU ABAH
FanfictionKetika saudaranya memanggil Umi maka Nain memanggilnya Mommy, jika saudaranya memanggipnya Abi dia memanggilnya Daddy, jika yang lainnya memanggilnya Abah dan Ummah maka Nain memanggilnya Opa dan Oma. Tinggal bersama keluarga besar mommy nya yang be...