Nain - 14

4K 412 15
                                    


Selasa pagi di kamar Zahra 2, salah satu kamar yang ada di asrama putri.


" Ayo kelompok 1 piket ndalem Abah "


" Ndalem Abah Ustdzah?"

" Iya..ayo"


Yang piket satu kelompok isinya 7 orang tapi yang matanya berbinar senang satu kamar, alias 70 orang.

"yang piket ndalem Abah!..aku titip salam ke Gus Nain "

" Aku juga ke Gus Yusuf"

" Aku aku Gus Nain"

" Aku..Gus Yoga"

" Gus Nain dulu aja..masih fressh "

" Wehh..iyoiyo yng mau titip salam ke Gus Nain angkat tangan"

Srekk  🙋🙋🙋

" Wohh kalo gini mah sekamar yang mau"

Ustadzah mereka menggeleng capek.
Ada ada aja kelakuan anak kamarnya


" Doakan semoga ketemu yo rek"

" Aamiin"  🤲

Jadi sesi berdoa bersama.

" Nanti kalo ketemu..Gus Nain tak suruh mampir ke kamar"

Eh kok malah ngelunjak.

🏠

Hafsah berjalan menaiki tangga menuju kamar putranya yang belum menampakkan diri sejak tadi.

" Umi mau kemana?" Tanya Yusuf.

" Kekamar adik kamu..pasti belum bangun dia "

" Jangan dibangunin Umi  Dia baru bisa tidur habis subuh tadi"

Mendengar ucapan putra sulungnya Hafsah bergegas ke kamar si bungsu dan membuka pintunya perlahan.

Menempelkan telapak tangannya di kening Nain
Mengecek suhu badannya
Takut demam.
Ternyata tidak suhu tubuhnya normal.

Berati bukan demam.

Hafsah menggulung lengan baju putra bungsunya.
Ada beberapa titik lebam kebiruan disana.
Beralih menyibak selimut di kaki, melakukan hal yang sama seperti tadi.
Dan hasilnga juga sama beberapa titik lebam kebiruan terlihat tidak kontras dengan kulit putih putranya.

" Udah kamu kasih obat bang?"

" Sudah umi"

" Kenapa gak bangunin umi?"

" Nain yang minta..Yusuf udah kabarin Ahmad untuk izinin Nain"

" Yasudah, ayo turun sarapan"

Hafsah mengecup lembut kening putrnya yang tertidur pulas sebelum beranjak turun.

Setibanya di ruang makan, kelurga yang lain menatap heran ke arah Hafsah dan Yusuf, karena personilnya kurang 1.

CUCU ABAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang