Nain -5

7.2K 515 6
                                    


Astaga ! Nain merutuki kebodohannya dipagi hari.

Bisa bisanya dia jalan sendirian dengan pd ditambah gaya bajunya yang kelewat santai ini, padahal jelas jelas dia masih ingat, kalau keluar rumah Abah bakal langsung disambut oleh banyaknya santri putri yang berlalu lalang.

Mau muter balik ya jelas malu lah, secara dia udah melenggang pd sampai sekarang dia baru bener bener ngeh saat ponselnya berdering,

dan begitu dia mengangkat panggilan sambil menoleh ke samping dan twrnyata..dia benar benar ada ditengah dengan banyak santri putri yang berdiri dipinggirannya yang bertujuan untuk memberi jalan kepada Nain sambil menundukkan kepala walau terlihat berusaha melirik ke arahnya.

"Mampus, malu anjir"

"Hah? Ngapa bro? "

"Gila, gua kejebak
Malu banget anjir" gerutu Nain kepada seseorang dari balik panggilan.

"Heh jangan separo separo ngapa kalo ngomong"

Mending sekalian aja kalo malu pikir Nain begitu, jadinya dia tetap berjalan sambil menelpon seperti biasa..tidak terjadi apa apa.

"Lah..malah diem..haloo..Nain Hallo"

Yang didalam panggilan juga menggerutu, ya mau gimana lagi Nain takut mulutnya keceplosan yang enggak enggak, jadi Nain memelih diam dan memberikan respon anggukan walaupun mereka tidak sedang vidio call .

"Ah tai banget si Nain, dahlah gua matiin..bye"

Panggilan terputus, gausah kaget karena mulut teman Nain kebanyakan gitu semua..kasar.

Tapi Nain nyaman berada dekt dengan mereka.

"Ahmad Zaiqro!!! " teriak seseorang di depan pintu kamar asrama dan otomatis pamdangan para penghuni beralih kepada yang teriak teriak tadi.

"Wassalamualaikum gus kece kitaa, gus Muhammad iskandar zulkarnain koch"

"Hehehe..assalamualaikum" Nain berdiri di tengah pintu kamar sahabatnya sambil cengengesan.

Dia lupa gak ngasih salam.

" Yeee budaya baratnya..tolong di kurangin kak!" Ledek Ahmad sambil menoel noel lengan sahabat terbaiknya.

" Tau ah berisik lu,ayok ke kantin yok"

"Gustii...ini masih pagi ya gus Nain yang terhormat"

"Bukan..bukan kantin ini...kantin yang ituutuu biasa"

Nain mengkode sahabatnya sambil tersenyum penuh arti.

Ahmad menghela nafasnya kasar...biar lebih dramatis aja

"Tolong ya gus, ini hari jumat..pasti banyak santri lain yang juga keluar asrama...emang gus mau kepergok mereka?"

Nain terdiam..mikir sejenak.

"Apalagi ini kali pertamanya gus keluar ndalem kan setelah acara penyambutan" tambah Ahmad lagi.

"Shit, yaudah ayok lu ikut gua pulang, gabut anjir sendirian"

Ahmad mengangguk saja, toh memang berada didekat Nain adalah salah satu kesukaannya.

Karena Nain adalah teman sekaligus keluarga pertamanya didunia.

Kini mereka sedang berjalan menuju rumah abah dengan Nain yang berjalan di depan dan Ahmad membututi di belakang.

" Heh jangan di belakang ngapa!! Risih anjir"

" Gimana sih gus..kan emang harus begitu"

Nain yang sudah jengah akhirnya menarik tangan Ahmad, dan kini mereka berjalan bersebelahan.

Ahmad nurut saja karena Nain langsung memberi tatapan tajam dengan aura menyeramkan.

Kini mereka berdua sudah rebahan santuy di kamar Nain, tapi posisi mereka berbalik.dengan kaki Nain berada di sebelah wajah Ahmad, begitu juga sebelahnya.

Mereka hanya diam satu sama lain, entah sepertinya mereka hanyut dalam fikirannya masing masing.

"Mad..gua pemgen sekolah diluar"

"Hah?? Seriously?? " Ahmad langsung spontan merubah posisi menjadi duduk.

" Nee"

Ahmad mengelus dadanya sabar..radak susah emang punya sahabat banyak bahasa begini.

"Emang boleh sama mommy?"
Karena sakong dekatnya Ahmad juga memanggil Hafsah dengan sebutan mommy seperti Nain.

"Have too pokoknya"









Terimakasih 🌼



CUCU ABAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang