"karena lo cuma satu jadi harus dijaga" - Melvin
"nantang dirusak lo?" - Haekal
"lo kalau mau nakal, juga harus dibimbing" - Jaevan
"ck!" - Chandra
"biarin kita brengsek, yang penting lo nggak" - Jenan
"lo boleh ngapain aja, asal jujur" - Raja
"mau...
Everyone has a story they can't tell But, everyone always wants to know the story
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
────୨ৎ────
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ruangan yang tak pernah berubah, mural abstrak yang memenuhi dinding dan sofa-sofa yang dipenuhi jaitan kain perca. Tempat yang akhir-akhir ini menjadi pelarian Vasya, meskipun ini hanya mengulang apa yang menjadi kebiasaannya dulu. Asap rokok yang dihembuskan terbawa angin keluar melalui jendela-jendela yang terbuka lebar, untungnya sistem sirkulasi rumah ini masih tergolong baik.
"Tumben nyebat lagi, katanya udah mau berhenti"
Tian, laki-laki yang baru saja memamerkan tatto barunya di pinggang kanan, sedikit abstrak tapi yang jelas itu sebuah gambar hewan.
Vasya menyesap kembali, matanya hanya menatap awan biru yang terlihat dari celah jendela, "Ian, loh pernah jatuh cinta?"
Tian mengernyit, laki-laki yang semula berbaring di sofa itu kini duduk menatap gadis di depannya.
"Kenapa? Lo suka lagi sama geng cupu lo itu?"
Vasya melirik Tian sejenak, "Gue udah make out beberapa kali sama Haekal" ucapnya enteng
Tian membelalak, "Are you kidding me?"
"Gue serius, dan cuma lo yang baru gue kasih tau sekarang"
Tian hanya menatap Vasya, laki-laki itu bersandar setelahnya, "Gue kira setelah kejadian lo sama Jae, lo gak bakal berani lagi"
Vasya menutup mata frustasi, "Gue juga Ian, gue juga maunya gue...argh, but you know how it feels, oh shit, the way Haekal...FUCK, damn t"
Tian terkekeh, "but you still virgin right?"
"I wish....tapi gue gak yakin, gue ngerasa Haekal makin berani"