Hestamma.
"Hatalla mana? Udah kabur aja?"
Gue mengedik ke arah cabana tempat Hatalla berbaring, mengaku sudah cukup sehat setelah menggunakan treadmill selama 5 menit.
Algis berdecak sambil menggelengkan kepalanya, "Dia begitu, tuh, karena masih muda aja," sahutnya sambil mengambil beberapa foto Hatalla yang nggak tau bakal diapakan, yang pastinya bakal jadi bahan keisengan kami nanti, sih. "Coba tua dikit, linu-linu itu badan kalau nggak dipake buat olahraga."
"Serius amat?" Gue menyahut, berjalan meninggalkan Algis untuk keluar dari fitness room. "La, dimarahin sama Bapak lo, tuh!"
Benar saja, Hatalla langsung berguling dari atas cabana waktu melihat gue dan Algis berjalan menghampirinya. "Liburan tapi kalau nggak istirahat, buat apa coba?" Dengan gaya tengilnya, Hatalla menyahut. "Ini juga!" Kenapa gue yang kena sekarang? "Lo ada cewek, bukannya jalan-jalan malah sibuk nge-gym!" katanya, menunjuk gue yang ikut duduk di atas cabana disusul Algis yang bergerak menendang Hatalla sampai pria itu mengaduh kesakitan.
"Katon sama Jatmika belum balik?" Narendra yang baru menyusul menoleh ke kanan dan kiri secara bergantian.
Gue menggeleng, "Kayaknya, masih di hammam, deh."
Tadi pagi lewat grup chatting, kami memang janjian untuk pergi nge-gym bareng di Wellness Sky Club yang berada di lantai teratas hotel tempat kami menginap.
"Mau balik aja?" tawar Algis, kali ini sudah melepaskan Hatalla dari incaran kejahilannya.
Narendra menatap kolam renang sekilas, "Istri lo ke mana memangnya?" Belum juga menjawab pertanyaan Algis, Narendra malah balik bertanya.
"Pergi spa bareng Samahita sama Laras." Gue lebih dulu menjawab.
Tadinya, gue mau mengajak Laras juga ke sini—to workout together—not merely to teach Laras to try exercises for a time (karena gue baru tau kalau pacar gue itu sama sekali nggak pernah berolahraga sama sekali dari Mama.) Sayangnya, niat gue harus terkubur waktu Laras bilang kalau dia sudah membuat janji bersama Samahita dan Nana untuk pergi menikmati spa.
"Masuk, lah, ke bar bentar daripada langsung balik, lagian istri lo juga masih spa." Narendra menunjuk ke arah belakang tubuhnya, tepatnya ke bar yang memang ada di area yang sama.
Gue dan Algis sama-sama menggelengkan kepala, berbeda dengan Hatalla yang langsung berdiri dari cabana. "Keringetan. Titip aja," kata Algis, mirip dengan apa yang akan gue katakan.
"Berangkat, La." Narendra yang masih berdiri, mengedik ke arah bar waktu Hatalla berjalan menghampirinya.
Ya, 'kan? Sudah gue duga juga, sih.
Hatalla membelalakkan kedua matanya, dia lalu menunjuk dirinya sendiri sambil menolehkan kepalanya ke arah gue dan Algis. "Gue? Sendirian? Bukannya tadi lo yang ngajakin?" tanyanya kembali menatap ke Narendra.
"Sama aja. Kan, lo mau ke sana juga? Ya, sekalian titip aja, lah." Dengan gaya cueknya, Narendra membalas sambil mengibaskan tangan—menyuruh Hatalla agar cepat ke bar sendirian.
Gue dan Algis cuma diam, menikmati pertengkaran yang sengaja dibuat Narendra dengan niat menjahili Hatalla. When the six of us get together, things like this happen all the time, and the youngest is always our easy target. Ya, contohnya seperti sekarang ini.
Biasanya kalau sudah sangat parah—well, pernah terjadi beberapa kali saat Hatalla sudah nggak bisa lagi menahan emosinya dan hampir menggunakan fisiknya—salah satu dari kami akan mencoba untuk menghentikan juga, kok. However, if everything is still under safe control... ya, akan kami biarkan sampai—
KAMU SEDANG MEMBACA
WEARING A CAT ON OUR HEADS (COMPLETED)
ChickLitShimika Bowers once stated, "Do they love you or the mask you put on every day?" Smiles, warmth, and kindness are all traits that both of them must exhibit in public to keep their family's reputation intact. "Never take that mask off!" they said. Th...