Tama's POV
Sudah 2 hari ini Dilla tidak mengabariku. Walau aku tahu ini hari minggu, tetapi dia tak pernah mengabaikan satu kata pun pesanku. Aku sudah mengunjungi rumahnya, tetapi kakaknya melarang aku masuk. Begitu sedih aku mengetahui dia sepertu ini. Kemana kekasihku ini? Aku begitu merindukanmu.
"Masss...." panggil seseorang. Ya, itu bundaku.
"Sebentar bunda." sahutku.
"Itu ada yang nyariin nak." tiba-tiba Bunda sudah berdiri di sebelahku.
"Siapa bun?"
"Mantanmu itu lho, Alice."
Jawaban bunda sontak membuatku terkaget. Mau apa dia kesini? Apa dia tidak bosan menggangguku?
"Bunda kenapa ngebiarin dia masuk sih? Tama nggak mau ketemu dia bun."
"Sebentar saja nak. Dia daritadi maksa. Bunda jadi nggak enak." pinta bunda. Aku menghembuskan napas dengan keras. Aku pun mengikuti permintaan bunda.
Sosok menyebalkan itu menyambutku di ruang tamu dengan senyuman yang ku anggap fake smile.
"Surprise! Mungkin kamu kaget karena aku datang lebih cepat dari yang kutulis di email." dia menyambutku. Aku mengrenyitkan keningku.
"Ngapain kamu kesini?"
"Aku memutuskan untuk kembali ke Indonesia, untuk kuliah disini lagi. Namun saat ini sekolah kita sedang diliburkan. So, I can meet you everyday." Nadanya sekarang kebarat-baratan.
"Aku tanya, ngapain kamu kesini bukan ngapain kamu ke Indonesia." aku mempertegas ucapanku.
"I miss you, Ryan Yudhatama. I miss you so much." sekarang wajahnya berubah menjadi memelas. Seperti minta dikasihani.
Alice Prashya Pradito. Dia merupakan mantan kekasihku saat kami masih satu SMP. Dia satu angkatan dengan Dilla. Tetapi karena di Australia SMAnya hanya 2 tahun, maka dia lulus lebih cepat dari Dilla.
Dia merupakan cinta pertamaku. Aku begitu menyukainya dan ia telah membuatku jatuh hati untuk pertama kalinya. Dia begitu ramah dan cerdas. Namun semenjak dia menjadi milikku, sifatnya berubah. Menjadi menyebalkan dan sangat tercela. Seakan-akan hidupnya sudah paling sempurna. Terutama setelah dia menjadi populer dikalangan remaja Bandung. Berkat kepopulerannya, banyak yang mengetahuinya. Sampai dia lupa akan sosokku.
Aku memergokinya saat dia akan kissing. Aku begitu sakit hati. Terlebih lagi kami masih sekolah namun ia sudah berani melakukan hal itu. Lalu dia pergi meninggalkanku ke Australia karena pekerjaan ayahnya. Sampai sekarang aku belum bisa melupakan kejadian itu.
"Kamu tahu? Gara-gara email kamu, Dilla jadi marah sama aku! Harusnya kamu nggak perlu ngasih tahu apa-apa kalo kamu bakal pulang karena aku nggak peduli. Kamu ngerti?!" Bentakku. Dia hanya tersenyum.
"Ohh, Dilla yang fotonya ada di instagram kamu itu? Ryan, aku nggak pernah bermaksud untuk merusak hubungan kalian. Aku bahkan nggak tahu kalau Dilla baca emailku. I just wanna tell you that I will meet you, no more." Alice pun berdiri dan mendekatiku.
"Aku masih sayang kamu, selama disana aku nggak bisa berhenti mikirin kamu. And you don't know it, right?" Tiba-tiba dia memelukku. Aku terkaget melihat apa yang dia lakukan.
"Jadi bener kan? Kamu nyari aku cuman pura-pura?! Aku nyesel kenal kamu Tam!!" bentak seseorang. Aku kaget dan refleks mendorong tubuh Alice dari tubuhku. Dilla datang dengan rambut dan wajah yang sangat acak-acakan.
"Dilla? Ini bukan seperti apa yang kamu lihat!" Seruku sambil menghampirinya.
"Jangan deket-deket!! Udah cukup aku lihat kamu! Aku nggak mau lihat muka kamu lagi!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance Between Us
Teen FictionOrang yang aku cintai selama 2 tahun mungkin tidak akan selamanya bisa bersamaku. Apakah aku harus tetap mencintainya atau aku harus menikahi orang lain? Dia dan orang itu sama-sama memiliki 'jarak' denganku. Namun berbeda maknanya. Siapakah yang ha...