Aku kembali menjalani hari-hariku dengan mood tidak baik. Setiap hari kerjaanku hanya melamun, begitu kata orang-orang. Pikiranku pun kacau balau. Apapun yang kupikirkan selalu mengarah lagi padanya.
"Dill, itu siomay lo masih penuh. Kenapa nggak dimakan?"
Aku tidak menyahut. Aku hanya berkutat dengan sendok dan garpu sambil memain-mainkan makananku hingga siomay itu terlihat tak layak untuk dimakan karena sudah hancur.
"Yaampun dil elo kenapa sih?!" Grin sedikit kesal dengan kelakuanku.
"Mungkin gue emang nggak punya jodoh kali ya." gumamku.
Amy menghela napas, "Helow, elo masih 19 tahun udah mgeribetin jodoh aja."
"Ya tapi kenapa sih semua cowok tuh kayak yang ga pantes buat gue. Semuanya pergi." protesku.
Grin menepuk pundakku, "Dil, setiap orang itu diciptakan berpasangan. Tuhan juga kan udah ngejanjiin di kitab Quran. Percaya deh."
Aku ngangguk. Karena kalau udah ngebawa ke agama nggak mungkin aku masih ngelak.
"Mungkin nanti kalo umur lo emang udah siap, lo langsung dikawinin." lanjutnya.
Amy menoyor Grin, "Nikah dulu lah baru kawin! Emangnya Dilla kucing!"
Aku hanya tertawa. Mereka memang paling bisa menghiburku.
-O-
Angin hilir nan sejuk menemaniku di tempat ini. Suasananya begitu sepi, untung saja ini siang hari jadi tidak terlalu menyeramkan.
Ini kali ke 2 aku ziarah ke makamnya Tama. Tempat Pemakaman Umum sepertinya sudah menjadi tempat liburanku, karena disini lebih menyenangkan. Aku bisa kembali merasakan kedekatan dengan orang yang kucintai. Mama, Tama, dan Ryan. Aku harap kami bisa kembali dipertemukan di surga-Nya.
Aku menaburkan bunga di atas kuburan Tama agar tetap wangi. Sudah lebih dari 2 tahun Tama pergi. Tetapi hingga saat ini aku masih merasakan kehadirannya.
"Happy anniversary, bae." rintihku.
Kemudian aku berdoa di pinggir makam. Berdoa semoga dia baik-baik saja disana.
-O-
Hari ini benar-benar hari terbaik!
Mengapa aku bilang terbaik?
Iya, Masku mau menikah!
Aku sangaaaatttt senang karena Masku akhirnya sudah melabuhkan hatinya kepada seorang perempuan. Wanita yang beruntung itu bernama Anne. Nama aslinya Rianne Emerald.
Kak Anne itu dulunya kakak tingkatku. Saat aku masuk kuliah, dia sudah semester 7. Keluarga kami akan lebih lengkap sebagai keluarga dokter karena Kak Anne pun sudah menjadi dokter.
Aku sangat menyetujui hubungan Mas Rifky dengan Kak Anne. Selain cantik, dia juga berhijb. Dia juga merupakan aktivis beberapa organisasi. Dia sangat ramah padaku. Anaknya juga multitalenta.
Banyak sekali kelebihan yang dimilikinya. Pantas saja Mas Iky yang sulit jatuh cinta ini kecantol.
Mas Iky mengenalnya baru 2 bulan. Mereka katanya menjalani ta'aruf gitu. Aku pengen deh kayak Masku. Nggak banyak mantan, langsung menikah.
Suasana rumahku begitu repot. Padahal pernikahannya dilangsungkan di Gedung Serbaguna, di sebelah rumah sakit papa.
Tentu saja repot, disini ada pengantin!
Aku memakai kebaya gaun berwarna pastel dengan rambut panjang diurai. Aku menjadi pager ayu sekaligus dokumenter. Untungnya aku pernah belajar fotografi di ekstrakurikuler SMAku waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance Between Us
Teen FictionOrang yang aku cintai selama 2 tahun mungkin tidak akan selamanya bisa bersamaku. Apakah aku harus tetap mencintainya atau aku harus menikahi orang lain? Dia dan orang itu sama-sama memiliki 'jarak' denganku. Namun berbeda maknanya. Siapakah yang ha...