Epilog

114 7 0
                                    

* 7 tahun kemudian *

"Dokter, pasien bernama Alice Prashya Pradito sudah diberi tambahan cairan infus?" tanya Suster Devi.

"Alice? Memang itu pasien siapa?" tanyaku sambil mengingat-ingat nama Alice.

"Pasiennya Dokter Falah. Dokter Falah sedang kunjungan ke Makassar. Kata beliau, tiga pasiennya diserahkan kepada Dokter." jelasnya.

Aku mengangguk, "Oke, saya ke ruangan pasiennya sekarang. Suster tolong di cek-cek lagi pasien saya yang lain sudah ditambah cairan infus atau belum." perintahku.

"Baik dok."

Aku segera menuju ruangan pasien bernama Alice. Sepertinya aku mengenal nama itu.

Benar saja, dia orang yang hampir membunuhku.

"Alice?"

"Dilla?" dia yang sedang terbaring lemah itu kaget dengan kedatanganku. Dia sedikit heran dengan aku yang memakai jas berwarna putih dengan stetoskop yang menggantung dileherku dan suntikan di tanganku yang dilapiskan sarung tangan.

"Kamu udah keluar dari penjara?" tanyaku sambil membuka cairan infusnya Alice.

"Iya. Setahun yang lalu."

"Kamu sakit apa?" aku menberi suntikan kepadanya.

"Kata dokter Falah lemah jantung gara-gara stress." jawabnya lemah.

"Ohh."

"Dil." dia menggenggam tanganku. Aku menoleh kaget.

"Gue minta maaf. Gue bener-bener nyesel udah ngehancurin hidup lo. Ngehancurin hubungan lo sama Tama. Gue nyesel seumur hidup gue." sesalnya sambil menangis.

Aku mengusap kepalanya, "Penyesalan itu memang datangnya di akhir. Itu merupakan pelajaran buat kamu, karena kalo kamu nggak dapat pelajaran, kamu nggak akan pernah nyesel dan terus berbuat jahat."

Dia tersenyum haru,"Makasih banyak dil."

Aku mengangguk, "Yaudah, aku masih banyak urusan. Istirahat yang cukup ya, cepet sembuh."

-O-

Aku baru menyelesaikan pekerjaanku malam ini. Setelah banyaknya pasienku dan ditambah harus menangani pasiennya dokter Falah, akhirnya aku selesai mengerjakan pekerjaanku dengan baik.

Aku mengecek ponselku dan melihat sebuah pesan yang membuatku tersenyum.

'Sayang, pulang jam berapa? Kasihan baby Aufar udah nungguin bundanya. Abinya juga kangennn.'

Aku langsung menelpon suamiku, "Iya aku pulang sekarang, Coach."



Author minta maaf kalo ceritanya kurang panjang, kurang greget, dan kosakatanya masih banyak yang gak nyambung atau rentetan waktunya acak-acakan. Terus maaf juga kalau author salah informasi tentang perkuliahan sama transportasi penerbangan karena author belum kuliah dan belum pernah naik pesawat. Ini juga soalnya my first novel di wattpad. Maafin juga kalo banyak grammar yang salah. Author harap readers bisa semangatin agar terus writing dengan cara leave vote dan comment. Tunggu novel selanjutnya ya!!!

Distance Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang