"Hahhh? Kita ganti pelatih lagiii?" aku tercengang mendengar apa yang dikatakan Coach Andre.
"Iya Dil, teman-teman. Coach mau pindah ke Yogyakarta." jawabnya.
Pernyataan Coach Andre membuatku down. Benar-benar down.
"Tapi coach itu udah bikin kita nyaman banget! Udah kayak kakak kita sendiri!" seru Misya.
"Yah gimana lagi. Coach kan baru aja nikah. Saya juga harus bawa istri ke kampung halaman."
"Yasudah coach. Good luck disana ya!" dukung Bagas.
"Bagas ihhhh!!!!" teriak kami para cewek.
"Apaan sih?!" seru Bagas nyolot.
"Aku padahal baru setahun sama Coach. Tapi rasanya kayak udah hidup bareng-bareng dari lahir. Coach itu kakak kedua aku setelah mas Iky." ujarku sedih.
"Bawa-bawa kakak lo melulu ah!" gerutu Robby.
"Suka-suka gue!!!" seruku.
"Ssstttt sudah-sudah. Dilla, makasih banyak udah anggap saya kayak keluarga kamu. Saya seneng banget, merasa terhormat." Coach Andre menepuk bahuku.
"Mengapa kita bertemu, bila akhirnya dipisahkan~
Mengapa kita berjumpa, tapi akhirnya dijauhkan~
Dan ku beruntung sempat memilikimu~" Indah mulai bernyanyi. Kami semua langsung menutup telinga."Terus nanti yang gantiin coach siapa?" tanya Kak Indra.
"Namanya Mochammad Anindrawan. Dipanggilnya Irwan. Alumni sini juga. Dia lebih muda dari saya. Ganteng banget." jawab Coach Andre yang seperti membangga-banggakan calon penggantinya.
"JOMBLO?!" tanya Kak Dewi semangat.
Coach Andre menghela napas.
"Iya."
"ALHAMDULILLAH YA ALLAH MAKASIH BANYAK!!!" teriak Kak Dewi.
"Najis banget sih lu dew." gerutu Kak Gilang.
-O-
"Temen-temen, hari ini kita bakal kedatangan Coach baru yang waktu itu Coach Andre bilang. Jadi mohon jaga sikap ya." kata Kak Gilang. Dia merupakan ketua tim basket tiga angkatan.
Akhirnya, sosok yang ditunggu pun datang.
Ganteng. BANGET!!!
"Hallo semua." sapanya.
"Hallo coachhh." sahut kami.
"Oh ya. Katanya waktu itu Mas Andre udah ngasih tau nama saya. Tapi biar afdol saya perkenalin diri lagi. Nama saya Mochammad Anindrawan, panggil Irwan aja. Lahir 21 tahun yang lalu. Alumni sini juga tahun 2010. Saya kuliah di ITB. Bentar lagi mau skripsi." dia mulai memperkenalkan diri. Kami berdecak kagum. Sepertinya dia pintar.
"Disini kelas 10 siapa aja?"
Aku, Bagas, Misya, Indah, Nadhif, dan Robby mengacungkan tangan.
"Kelas 11?"
Kak Indra, Bella, Rofiq, Anthony, Daley, Hisyam, Andita, Resty, Ajie, Nevada, Vivi dan Kak Aboy mengacungkan tangan.
"Berarti sisanya kelas 12. Sip. Kita mulai latihan lusa ya." ujarnya ramah. Kami pun mengacungkan tangan. Kemudian membubarkan diri dari sanggar.
Aku membetulkan penampilanku di depan cermin sebelum pulang. Saat aku membalikkan badan, ada seseorang yang berdiri di belakangku.
"Astaga!" seruku kaget. Orang itu hanya tersenyum-hampir tertawa.
"Eh coach. Hehehe. Maaf." aku menunduk malu. Baru pertemuan pertama sudah memalukan diri sendiri.
"Nama kamu siapa?"
"D...Dilla."
"Nama panjangnya? Awas kalo jawab Dillaaaaa." candanya. Aku tertawa.
Udah ganteng, lucu pula.
"Ranindya Faradilla Achmad, coach." jawabku.
"Minta kontak kamu."
Ah? Aku menoleh dengan wajah heran.
"Buat ngomongin basket sekalian nanti minta kontak anak-anak yang lain. Saya kan baru kenalan sama kamu." lanjutnya.
Fiuhhhh hampir saja aku keGR-an. Aku pun memberikan kontakku.
"Makasih." dia mengedipkan mata kirinya.
OH MY GOD! I WAS MELTED!
prolog yang pertama kacau balauu! Pardon me. Its my first work at wattpad. Please leave vote and comment :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance Between Us
Dla nastolatkówOrang yang aku cintai selama 2 tahun mungkin tidak akan selamanya bisa bersamaku. Apakah aku harus tetap mencintainya atau aku harus menikahi orang lain? Dia dan orang itu sama-sama memiliki 'jarak' denganku. Namun berbeda maknanya. Siapakah yang ha...