Aku masih tak menyangka. Aku dan Tama sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi. Aku merasa ini adalah mimpi. Tidak. Ini kenyataan pahit yang harus kurasakan.
Aku bisa tanpa dia.
Ya, aku pasti bisa.
Tentu saja, aku...
Aku...
AKU TIDAK BISA!!!
Aku kembali menjatuhkan diriku ke bed dengan air mataku yang berlinang deras. Aku menyamarkan tangisanku di balik guling. Terdengar Mbak Indri beberapa kali mengetuk pintu kamarku.
"Neng... ayo sarapan. Udah hampir jam setengah tujuh neng." panggilnya.
Akhirnya pintu kamarku dibuka oleh papa.
"Ya ampun sayang. Kamu kenapa nak?" papa kaget melihat wajahku yang sembap.
"Mama mana pa?" tanyaku dengan nada sesenggukan.
"Mama nanti sore pulang. Kita jemput ke airport ya. Sekarang sarapan dulu." rayu papa.
"Dilla kangen mama, pa."
"Iya iya. Nanti mama pulang. Sekarang kamu harus sarapan. Biar nggak telat nanti papa yang antar kamu ke sekolah."
Akhirnya aku menuruti keinginan papa.
"Tumben mau nganterin." ketusku dalam hati.
Ya! Ini pertama kalinya papa mau mengantarku ke sekolah setelah terakhir kalinya waktu aku kelas tiga SD. Hebat kan keluargaku?!
-O-
Tama's POV
Apa yang sudah kulakukan kemarin? Sampai saat ini aku masih tak menyangka bahwa aku telah memutuskan hubunganku dengan Dilla. Padahal, hubungan kami belum genap 8 bulan.
Mungkin di satu sisi ini adalah kesalahan Dilla. Tapi, di sisi yang lain ini juga kesalahanku karena aku yang tak dapat meluapkan emosiku.
Tapi aku yakin, keputusanku sudah bulat. Aku takkan menyesal dalam hal ini.
Aku melihat jam dinding. Astaga! Aku hampir telat. Aku buru-buru menyelesaikan sarapanku.
"Mas kok buru-buru? Mukanya juga kusut gitu." tanya Bunda heran.
"Mas telat bunda. Mas pergi dulu yaa."
"Ehhh tunggu!" cegat Bunda.
"Kenapa Bunda?" akhirnya aku duduk di meja makan sebelah Bunda.
"Kamu ada apa? Cerita dulu sebentar." Bunda mengusap kepalaku.
"Aku putus Bunda."
Mata Bunda membesar. Serem banget.
"Kok bisa?! Dia nyakitin kamu?!" Wajah Bunda begitu menunjukkan amarah.
"Ng...gak bunda." aku menjadi gugup, takut Bunda melakukan sesuatu kepada Dilla.
"Nggak bisa! Dia udah nyakitin kamu! Bunda setuju banget kamu putus sama dia! Awas aja kalo kalian balikan!"
Waduh! Bunda mengancamku! Maafin aku Dil, bunda jadi benci sama kamu.
-O-
Dilla's POV
"DEMI APA ANJIRRR?!!!"
"Sumpah lo dil?!"
"Becanda lo kelewatan ahh!!!"
"Ntar jadi doa loh dil!!"
Begitulah respon teman-temanku begitu mendengar kabar berakhirnya hubunganku dengan Tama. Aku akhirnya memberitahu mereka karena wajahku yang sangat sembap ini menjadi bahan pertanyaan seisi kelas. Asalnya aku ingin menyembunyikannya dan membiarkan mereka mengetahui sendiri. Tapi aku sudah tidak tahan mendengar lebih dari tiga ratus pertanyaan yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance Between Us
Teen FictionOrang yang aku cintai selama 2 tahun mungkin tidak akan selamanya bisa bersamaku. Apakah aku harus tetap mencintainya atau aku harus menikahi orang lain? Dia dan orang itu sama-sama memiliki 'jarak' denganku. Namun berbeda maknanya. Siapakah yang ha...