Sunday, March 9
Aku mencoret tanggal ini di kalenderku. Today is my birthday. Aku kini genap berusia 18 tahun. Nggak penting sihhhh FYI aja. Mungkin sebagian orang akan bahagia karena banyaknya doa dari yang mengucapkan ulangtahun kepada mereka.
Tapi bagiku tidak. Sampai pukul 8 pagi ini tidak ada yang mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Ya, aku tahu mereka semua mungkin sudah merencanakan. Baik keluargaku maupun sahabatku. Karena KETERLALUAN SEKALI KALAU MEREKA TIDAK INGAT.
Aku pun masuk kembali ke dalam kamarku. Untuk apa? Untuk belajar. Kenapa belajar? Karena besok Try Out. Lucu sekali.
Baru selang beberapa detik aku membuka buku, ada yang mengirimkan video untukku. Siapa lagi kalau bukan Tama. Tama udah ngucapin? Berarti dia nggak masuk ke dalam surprise gitu? Yasudahlah. Belum tentu juga ada surprise.
Aku pun men-touch tombol ► alias play.
Isi videonya kira-kira seperti ini.
Hei kamu
Iya kamu
Aku mau ngapain ya?
Nggak penting banget sih ngirim ginian.
Kamu tahu nggak aku tuh punya urusan lain selain bikin ginian. Masih aja yah aku nyempet-nyempetin bikin video nggak jelas kayak gini.
Heh! Ranindya Faradilla Achmad!
*bawa kue tart*
Happy eighteenth!
*tiup lilin* *make a wish*
Happy birthday bae. I miss you so fucking much. Im sorry i cant meet you now. Fighting for your exam! I will be back soon. I promise. I love you.
Video itu selesai dalam durasi 1 menit 27 detik. Aku sama sekali tak terhibur dengan video yang ia berikan. Karena ia sudah sering memberi video itu walau baru 2x dengan sekarang. Tapi aku sangat bersyukur walaupun Tama tidak pulang ia masih mengingat ulang tahunku.
Oh ya, ulang tahunku ini tepat 40 hari setelah meninggalnya Ryan. 2 tahun kemarin aku merayakan ulang tahunku di kuburan sekaligus tahlilan. 12 hari kemudian Tama menyatakan perasaannya padaku. Itu berarti 12 hari lagi anniversary kami yang ke 2tahun.
Eh tunggu...
APA? Kok cepet banget sih? Ya ampun! Aku menepuk jidatku. Aku benar-benar lupa. Beruntungnya aku cerita kepada kalian. Aku kembali lupa. Rencananya kan aku akan belajar! Aku pun akhirnya melanjutkan niatku.Tetapi suara ketukan pintu membuat konsentrasiku kembali membuyar.
"SIAPA SIH?!" teriakku.
Mas Iky membuka pintu dengan cibiran.
"Kok nyolot lu?!" balasnya.
"Mas ngapain sih ah lagi belajar tauk!!" rengekku kesal.
"Whatt? Lu belajar leh? Hahahahahahahahaha." Mas Iky tertawa terbahak-bahak. Kampret.
"Udah sana ah." usirku.
"Jadi nggak mau diucapin ulang tahun nih?" sindirnya. Aku terdiam kemudian kembali mendengus.
"Selamat ulang tahun adekkuuuu yang udah tuaaaa!!!!!!!!" teriaknya sambil mencubit pipiku dengan tenaga dalam.
"AWWWWWW SAKIT KAMPRET!!!!!!" jeritku sambil memukul-mukul tangannya yang tak berhenti mencubitku.
"Bukannya ngasih kado atau kue kek! Ngasih surprise kek! Malah kayak gini! Udah sana mas!" aku benar-benar sangat kesal.
Sebenarnya bukan karena kado atau kue. Tetapi aku kesal karena cubitannya Mas Iky sangat keras. Mas Iky menyukai basket sama sepertiku makanya tangan kami itu keras dan sedikit kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Distance Between Us
Подростковая литератураOrang yang aku cintai selama 2 tahun mungkin tidak akan selamanya bisa bersamaku. Apakah aku harus tetap mencintainya atau aku harus menikahi orang lain? Dia dan orang itu sama-sama memiliki 'jarak' denganku. Namun berbeda maknanya. Siapakah yang ha...