Bab 4

191 30 22
                                    

Tuan muda, kalau anda tidak sibuk, bisa minta tolong temui saya di ruangan?

Sebuah pesan dari dokter Adrian membuat Elang bergegas meninggalkan mobilnya untuk menuju ke ruangan direktur. Ada rasa penasaran yang menyeruak kuat untuk mengetahui siapa Btari di kehidupannya saat ini.

Suara kuncian kenop pintu menjadi penanda Elang menutup akses dunia luar untuk mengetahui apa yang akan dia dan dokter Adrian bicarakan.

"Silahkan duduk tuan muda." Adrian mempersilahkan Elang; lelaki dengan kacamata itu mendaratkan tubuhnya di sebuah sofa single, tempatnya biasa duduk saat di ruangan dokter Adrian.

"Ini," Ucap dokter Adrian saat menyerahkan sebuah map coklat kepada Elang.

"Dia salah satu lulusan terbaik dan termuda, sekarang dia menjabat sebagai inspektur polisi satu di divisi anak dan perempuan. Dia pemegang sabuk hitam taekwondo, dia juga lulus S2 hukum saat usianya baru 28 tahun." Jelas dokter Adrian saat Elang sibuk melihat beberapa foto yang dia yakin di ambil kemarin karena pakaian yang Irene gunakan sama persis seperti yang dia gunakan untuk menemui Elang kemarin.

"Keluarganya?"

"Dia yatim piatu sejak usia 10 tahun. Orangtuanya meninggal setelah mengalami tabrak lari, itulah alasan dia ingin menjadi polisi dan mencari siapa pelaku kecelakaan yang menewaskan orang tuanya 21 tahun yang lalu. Adiknya seorang mahasiswa kedokteran di kampus kita."

"Aku harus memastikannya untuk menghentikan kutukanku." Jelas Elang singkat dengan mata yang terus berfokus pada lembaran-lembaran di tangannya.

Dokter Adrian terlihat menghela nafasnya dengan berat, "kalau kutukan anda berhasil dihilangkan, apa yang akan terjadi setelahnya?"

"Tentu saja aku akan pergi dari dunia ini." Jawab Elang dengan santai disaat matanya masih berfokus pada beberapa foto yang ada di hadapannya.

"Tunggu," Ucapnya tiba-tiba. Tangannya mendorong sebuah foto ke arah dokter Adrian. "Siapa ini?"

"Adik dari Irene."

Elang terdiam. Tatapannya tiba-tiba berubah sendu saat melihat lelaki yang berada di foto tersebut.

"Tuan muda kenapa?" Telisik Adrian saat melihat ekspresi Elang yang berubah drastis.

"Jagad." Ucapnya lirih.

"Maaf?"

Elang menghela napas sebelum kembali fokus pada Adrian. "Di kehidupan kami sebelumnya, dia adalah adikku. Dia putra dari salah satu selir kesayangan yang mulia raja. Kami cukup dekat karena usia kami yang tidak terlalu jauh saat itu. Aku yang mengajarinya berkuda, memanah hingga bermain pedang." Jelasnya dengan tatapan redup, khas seseorang yang sedang menceritakan orang yang sangat disayanginya.

"Kenapa menatapku seperti itu?" Protesnya kemudian saat Adrian menatapnya dengan tatapan iba. Dokter Adrian hanya tersenyum tipis sambil menggeleng. Bagaimanapun juga dia melihat Elang dari saat dia masih kecil sampai sekarang usianya sudah 52 tahun, jadi secara tidak langsung dia memiliki keterkaitan emosi dengan Elang.

"Bagaimana cara menghilangkan kutukan anda?"

"Menyelesaikan dendamnya. Itu hal yang ku janjikan padanya saat Btari meninggal di depan mataku. Meninggal dengan cara yang aku masih ingat dengan benar rasa sakitnya. Aku akan mencari semua orang yang saat itu membuatnya terbunuh dan membalaskan dendam untuknya."

"Tapi tuan muda, ini sudah 600 tahun berlalu. Orang-orang juga pasti sudah berbeda semua. Bagaimana anda akan menyelesaikan sumpah dan kutukan anda?"

"Aku tidak tahu, itu sebabnya aku harus mencari tahu. Yang pasti, aku harus melindungi Btari di kehidupan yang sekarang bagaimanapun caranya."

Manusia ElangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang