01

7.2K 426 21
                                    

Seorang gadis mungil, terlihat jalan terburu-buru di sepanjang koridor Omega International High School. Ah tidak, lebih tepatnya ia berlari. Namun, karena kakinya terlalu pendek, tidak peduli sekeras apapun ia berlari, ia tetap terlihat seperti sedang berjalan cepat.

Ia kemudian menaiki tangga, menuju ruang kelasnya yang berada di lantai 3. Tidak peduli dengan keringat yang sudah membanjiri tubuhnya, diiringi nafas memburu, ia hanya ingin segera tiba di kelasnya secepat yang ia bisa. Suasana sekolahnya sudah sangat sepi, tidak ada lagi siswa-siswi yang berlalu lalang, itu sebabnya ia berusaha keras untuk segera mencapai ruang kelasnya.

"BERHENTI DI SANA JENNIE KIM!"

Langkahnya berhenti mendadak di ambang pintu kelasnya, saat suara bariton terdengar menggema, membuat seluruh atensi langsung tertuju padanya. Ya, semua murid di kelasnya kini menatap dirinya yang baru saja datang dengan kondisi berantakan. Rambut basah karena keringat, serta dadanya yang bergerak naik-turun dengan cepat, mencoba mencari udara sebanyak-banyaknya untuk ia hirup. Jennie nyaris kehabisan nafas.

Sementara, seorang pria paruh baya terlihat menatapnya dengan sangat tajam, tak lupa kayu rotan panjang di tangannya.

"A-ah, mianhe, ssaem. Aku-"

"TIDAK ADA ALASAN, JENNIE KIM! CEPAT PERGI DARI KELASKU SEBELUM AKU MEMUKULMU DENGAN ROTAN INI!"

Ucapan Jennie terpaksa terhenti, karena sang guru lebih dulu menghardiknya untuk segera pergi dari sana.

"Tapi, ssaem-"

"Tidak ada tapi! Cepat pergi! Aku tidak menoleransi segala bentuk keterlambatan. Kau tau itu, nona Kim" tegas Jang Hyuk, guru mata pelajaran Sejarah.

Jennie terlihat menghembuskan nafasnya pasrah, kemudian bergegas pergi sesuai perintah Jang Hyuk.

Benar-benar Selasa pagi tersial untuknya. Jennie berjalan dengan langkah gontai tak tentu arah. Suasana sekolahnya sudah sepi karena semua murid sedang melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Jennie adalah satu dari banyaknya umat manusia yang cukup benci dengan kesunyian. Suasana sendiri seperti ini benar-benar mengganggunya.

Jennie menghembuskan nafasnya kasar.

Dia benar-benar butuh seseorang untuk ia ajak berbicara. Jennie menoleh ke sekitarnya, berusaha mencari seseorang yang bisa ia ajak berbicara. Nihil. Tidak ada seorang pun di sekitarnya. Yang ia temui hanya pot tanaman yang menghiasi sepanjang koridor sekolahnya serta beberapa mading dan papan aturan yang menempel di dinding. Haruskah Jennie mengajak tanaman-tanaman itu berbicara? Bisa-bisa dia akan dianggap tidak waras.

Tidak tahu harus berbuat apa, Jennie pun memutuskan untuk menuju kantin, mengingat tenggorokannya masih terasa sangat kering karena baru saja berlarian dari parkiran hingga kelasnya yang berada di lantai 3. Bisa dibayangkan betapa melelahkannya hal itu, bukan?

Setibanya di kantin, Jennie langsung pergi ke stan penjual jus dan memesan segelas jus jeruk juga kentang goreng.

"Mwo? Kau membolos lagi, Jen?" sang ahjumma penjaga stand cukup kaget saat menyadari siapa yang baru saja memesan makanan dan minuman kepadanya.

"Aniya~ aku terlambat, ahjumma. Dan seperti yang kau lihat, ssaem menghukumku dengan mengusirku keluar dari kelas" Jennie memasang wajah masamnya dan duduk tepat di depan stand milik ahjumma Lee.

"Jangan sok sedih seperti itu. Bukankah kau senang karena bisa melewatkan kelasmu tanpa harus dipanggil lagi oleh kepala sekolah karena terlalu sering membolos?" ledek ahjumma Lee, seraya tangannya membuatkan pesanan Jennie.

Sedetik kemudian, Jennie tersenyum malu-malu.

"Kau memang paling tau tentangku, ahjumma"

Melihat hal itu, ahjumma Lee hanya bisa menggeleng. Bukan hal mengherankan untuk melihat gadis mungil itu berkeliaran di area kantin saat jam pelajaran seperti ini. Jennie memang sudah sangat sering membolos, itu sebabnya ahjumma Lee cukup akrab dengannya dan sangat tahu tabiat seorang Jennie Kim yang terkenal sebagai salah satu biang kerok di Omega.

Secret Under The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang