15

3.1K 354 13
                                    

Senyuman manis seketika terbit di bibir Lisa saat melihat siapa yang baru saja datang ke ruangannya. Seorang gadis berseragam SMA yang tengah kesulitan membawa paperbag besar di tangannya. Chittip yang baru selesai menyuapi makan siang untuk Lisa, dengan sigap membantu gadis itu untuk membawa barang-barangnya.

"Gomawo, mom" gadis itu menunjukkan gummy smile-nya.

"Kau tidak perlu sampai repot-repot seperti ini, Jen. Lihat, kau sampai kesulitan saat membawanya" Chittip meletakkan dua paperbag besar di meja dekat sofa.

"Tidak repot, mom. Aku hanya membawakan beberapa buah, juga buku untuk Lisa. Mungkin saja dia bosan dan butuh sesuatu untuk dibaca" ucap Jennie.

"Kau memang sangat tahu jika anak mommy seorang kutu buku hmm?" Chittip senang dengan perhatian yang Jennie berikan untuk Lisa.

"Kalau begitu, kau temani Lisa dulu, nee? Mommy dan daddy ada urusan sebentar" Chittip mengusap rambut Jennie dengan lembut.

"Nee, mom. Tapi, dimana daddy?" Jennie celingukan saat sadar tidak ada Marco di dalam ruangan itu.

"Daddy sudah lebih dulu ke parkiran untuk mengambil mobil. Tadi mommy harus menyuapi Lisa karena makan siangnya sudah tiba"

Jennie mengangguk paham, "Kalau begitu, hati-hati, mom"

"Nee, sayang"

Chittip berlalu untuk mengambil tas miliknya di atas sofa, kemudian mencium kening Lisa dan berpamitan sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan ruangan tersebut.

Kini, hanya ada Jennie dan Lisa yang tersisa di dalam ruangan tersebut. Jennie masih fokus menatap kepergian Chittip, sementara Lisa tidak henti tersenyum saat melihat ke arah gadis berpipi mandu itu.

"Mandu, kemarilah!" panggil Lisa, membuat Jennie reflek menoleh.

"Mwo? Ada apa?" tanya Jennie.

"Tidak ada apa-apa. Tapi, apa kau akan terus berdiri seperti itu? Kakimu bisa pegal. Jadi, kemarilah dan duduk" Lisa menepuk space kosong di ranjangnya.

Jennie berjalan ke arah Lisa sembari memicingkan matanya curiga.

"Kenapa kau menawariku untuk duduk di situ? Padahal ada kursi di sini"

"Aku hanya menawari. Jika tidak mau, ya sudah" elak Lisa, membuat Jennie mengerucutkan bibirnya kemudian duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Lisa.

"Kepalamu masih sakit?" Jennie mengusap kening Lisa yang tertutupi oleh poni.

"Sedikit, tapi tidak separah kemarin"

Jennie mengangguk, dengan tangannya yang masih setia untuk mengusap kening Lisa dengan lembut. Sementara, manusia jangkung itu sibuk untuk menatap wajah Jennie, nyaris tidak berkedip. Sekarang, Lisa benar-benar menyadari jika Jennie begitu cantik. Setiap pahatan di wajahnya terlihat sempurna dengan proporsi yang pas. Jangan lupakan pipi mandu yang menambah candu Lisa untuk terus memandang wajah cantik itu.

"Apa ada sesuatu di wajahku?"

Lisa seketika tersadar dari lamunannya.

"Ani~ aku hanya suka melihat wajahmu" Lisa tersenyum dan mengusap pipi Jennie dengan ibu jarinya.

"Ada apa dengan wajahku sampai kau tidak berhenti melihatnya?" Jennie menarik tangannya yang kini ia pakai untuk menopang dagunya. Ia menatap Lisa dengan lekat.

"Karena kau cantik. Kurasa itu jawaban yang cukup dan tepat" goda Lisa.

Jennie menaikkan sebelah alisnya, "Benarkah itu, Manoban? Bukankah Suzy jauh lebih cantik dariku?"

Secret Under The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang