04

2.6K 298 8
                                    

"Kelas Chu sedang jam olahraga?" tanya Joy, saat ia dan ketiga sahabatnya berjalan melewati lapangan basket, karena hendak menuju ke kantin.

Rosè mengangguk, "Ada penilaian materi bola basket"

"Itu artinya, minggu depan kita juga akan mengambil nilai?" terka Jennie.

"Tentu saja. Materinya sama, jadi bisa dipastikan jam olahraga minggu depan adalah penilaian materi bola basket" jawab Rosè.

"Haish...menyebalkan sekali! Ring basketnya terlalu tinggi, mana mungkin aku bisa menggapainya?" keluh Jennie. Dia cukup benci pelajaran bola basket karena selalu gagal mencetak nilai ke dalam ring basket.

"Memang kau-nya saja yang pendek" ledek Irene.

"Yak! Aku tidak pendek! Hanya kurang tinggi saja" elak Jennie, tidak terima diledek oleh Irene.

"Pabo-ya! Itu sama saja, Jendeuki!" Irene menyentil pelan kening Jennie, membuat gadis bermata kucing itu reflek mengusap dahinya.

"Eoh? Lisa tidak ikut?" perhatian Jennie seketika teralih pada sosok bertopeng yang duduk di pinggir lapangan, seorang diri.

"Ya! Sejak kapan kau jadi terus memperhatikan Lisa? Mau ikut atau tidak, bukan urusan kita" sewot Joy.

Jennie memutar kedua bola matanya malas, "Aku hanya bertanya, sialan!"

"Lisa memang tidak pernah mengikuti kelas olahraga, entah apa alasannya. Jadi, dia hanya akan berada di pinggir lapangan selama kelas berlangsung" terang Rosè yang mengetahui informasi tersebut melalui Jisoo.

"Kenapa dia tidak pernah ikut? Dan bagaimana caranya dia mendapatkan nilai jika kegiatannya saja tidak pernah ikut?" Jennie penasaran, tapi juga iri pada gadis jangkung itu karena bisa melewatkan kelas olahraganya tanpa dimarahi oleh guru.

Jennie sendiri, sangat membenci pelajaran olahraga. Ia sebenarnya selalu mencari cara untuk membolos, tapi selalu berakhir sia-sia. Karena guru yang mengajar selalu berhasil menemukan tempat persembunyiannya dan memaksa Jennie untuk bergabung bersama teman sekelasnya yang lain di lapangan.

"Ssaem akan memberinya tugas tertulis untuk mendapatkan nilai. Lagipula, dia tidak pernah melepas topengnya. Jika Lisa ikut berolahraga, mungkin saja ia akan kesulitan bernafas. Dengan topengnya itu, dia bisa tidak mendapatkan oksigen dan pingsan" kata Rosè.

"Kalau begitu, cukup lepaskan saja topengnya. Kenapa harus mempersulit diri sendiri?" sahut Irene.

Rosè menggedikkan bahunya, "Dia tidak pernah mau melakukannya, se-mendesak apapun situasi yang terjadi"

"Benar-benar aneh" ceplos Joy yang langsung diangguki oleh Irene dan Rosè, sementara Jennie justru menatap ke arah Lisa penuh arti, entah apa yang ada dalam pikirannya.

"JEN, AWAS!"

Lamunan Jennie seketika buyar kala mendengar suara seseorang yang berteriak kepadanya. Kedua mata Jennie membulat sempurna, saat menemukan, sebuah bola basket kini menuju ke arahnya. Entah reflek atau apa, bukannya menyingkir, Jennie justru memejamkan kedua matanya.

'Bugghh'

'Bruukk'

"JENNIE!"

Terlambat.

Tubuh Jennie ambruk ke lantai, seiring dengan pekikan ketiga sahabatnya yang masih shock dengan kejadian barusan. Semuanya terjadi begitu cepat, membuat mereka semua tidak sempat untuk mengambil tindakan pencegahan. Kini, Jennie jatuh pingsan akibat bola basket yang menghantam kepalanya.

Sementara, seluruh murid kelas 12 IPA 1, hanya bisa mematung di tempat mereka. Ikut terkejut dengan apa yang terjadi.

"Tolong pakaikan jaketku untuk menutupi pahanya"

Secret Under The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang