21

2.1K 263 12
                                    

Jennie menatap nanar dari balik kaca besar di depannya. Kedua matanya terlihat membengkak karena terus menangis sejak tadi. Ruangan itu cukup gelap, namun Jennie bisa melihat jelas tubuh kekasihnya yang terbaring di dalam sana seorang diri. Berbagai peralatan medis, juga kabel-kabel yang entah apa fungsinya, terpasang di sekujur tubuh Lisa.

Ini adalah pertama kalinya Jennie melihat kondisi Lisa seperti ini. Ia memang pernah melihat Lisa berada di rumah sakit sebelumnya karena ulah Taehyung tempo lalu. Namun, kejadian kali ini benar-benar menyayat hatinya. Sudah empat jam berlalu, Lisa masih tidak menunjukkan tanda kesadarannya. Ia bahkan harus masuk ke dalam ruang ICU tanpa seorang pun bisa mengunjunginya dengan sembarangan.

"Jen, kita makan malam dulu"

Seseorang menepuk pundaknya. Itu adalah Irene yang mencoba membujuk Jennie untuk istirahat sejenak. Sebab, sejak Lisa masuk ke dalam ruang ICU, gadis itu tidak sedikit pun beranjak dari posisinya dan terus menatap Lisa tanpa henti.

"Aku tidak lapar, Bae. Kalian saja" ucap Jennie tanpa menoleh ke arah Irene.

"Jen, jangan seperti ini. Kami tahu jika kau sedih melihat keadaan Lisa. Kami di sini juga sama. Tapi bukan berarti kau bisa menyiksa dirimu seperti ini. Lisa bisa merasakan keadaanmu di dalam sana. Jika kau tidak ingin membuat Lisa semakin menderita, rawat dirimu. Jangan seperti ini dan sengaja untuk membuatnya sakit dengan tidak makan" tegas Seulgi.

"Seul benar. Kau harus makan, Jen. Kau tidak ingin Lisa sedih kan? Tidak sampai 30 menit kita meninggalkannya. Lisa akan baik-baik saja" Irene masih mencoba untuk membujuk Jennie.

"Nak, makanlah dulu. Biar mommy dan daddy yang menjaga Lisa. Jangan sampai sakit, nee?" Chittip datang dan membelai rambut Jennie dengan lembut.

"Tapi, mom-"

"Tidak ada tapi, Jennie. Kau harus makan. Atau kau ingin daddy menyuapimu?" sahut Marco tiba-tiba.

"Ya, daddy. Aku bukan anak kecil" Jennie memasang ekspresi cemberutnya.

"Huh, coba saja Lisa yang menawarkan. Kau pasti akan dengan bersemangat menerimanya" Marco pura-pura merajuk.

"Aigoo...daddy merajuk hmm?" goda Jennie.

"Apa? Jangan pedulikan daddy. Kau hanya mencintai Lisa dan tidak menganggap daddy"

"Haish...manusia tua tidak tahu diri" gumam Wendy.

"Yak! Apa yang kau katakan manusia salju?! Daddy mendengarnya!" Marco menatap Wendy dengan tajam.

"Mwo? Salam damai, daddy. Aku hanya bercanda" Wendy langsung menunjukkan jari peace-nya dan bersembunyi di balik tubuh Seulgi.

"Sudah, sudah. Abaikan daddy kalian. Sekarang, pergilah untuk membeli makanan. Kalian belum makan malam, ini sudah pukul 9 lewat" lerai Chittip.

"Nee, mom. Mommy dan daddy ingin makan apa?" Seulgi menatap Chittip dan Marco bergantian.

"Kami sudah makan sebelum ke sini tadi. Tapi apa saja, kami akan menerima dan memakannya" ucap Chittip.

"Kalau begitu, kami pamit, mom. Kami akan segera kembali"

"Hati-hati"

Para muda-mudi itu segera meninggalkan Marco dan Chittip untuk pergi membeli makanan di kantin rumah sakit. Kedua orang tua itu tidak ikut, sebab mereka harus menjaga dan memantau keadaan Lisa.










***

Malam ini, angin berhembus cukup kencang. Sebentar lagi musim dingin tiba. Wajar, jika cuacanya tidak sehangat biasanya. Pepohonan mulai menggugurkan daun-daunnya dan berubah warna. Kabut tipis sering kali muncul dan menyelimuti area sekitar, membuat banyak orang mulai mempersiapkan dirinya untuk memasuki musim dingin.

Secret Under The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang