09

2.5K 349 13
                                    

"Li!"

Lisa yang sedang menatap hamparan gedung-gedung tinggi melalui rooftop di sekolahnya, seketika berbalik saat seseorang memanggilnya. Rupanya, itu adalah Wendy, juga Seulgi. Ah tidak, mereka tidak hanya berdua. Ada beberapa orang lainnya di belakang mereka dan Lisa cukup mengenalnya karena belakangan ini sering melihat keberadaan orang-orang yang ada di belakang Seulgi juga Wendy.

"Mereka bilang, bosan jika terus menghabiskan waktu di kantin. Tidak masalah kan jika kita mengajaknya kemari?" tanya Seulgi memastikan, takut jika Lisa tidak nyaman dengan keberadaan Jisoo dkk.

"Bukan masalah" Lisa tidak keberatan, namun tatapannya diam-diam melirik ke arah seorang gadis bermata kucing yang sejak tadi enggan menatap ke arahnya dan justru bersedekap dada.

Beruntung Lisa terus memakai topeng miliknya, sehingga tidak seorang pun menyadari tatapannya ke arah Jennie.

"Wow! Aku baru pertama kali pergi ke sini" Irene merasa takjub dengan suasana di atas rooftop.

Meski tidak ada barang-barang mewah ataupun hiasan yang berarti. Bahkan, hanya ada beberapa kursi kayu yang sudah tua, Irene tetap merasa senang berada di sini. Khususnya, saat ia bisa melihat dengan jelas hamparan gedung di depannya, juga langit biru yang cukup cerah dan menawan.

"Tidak banyak yang bisa datang. Apalagi, biasanya kami bertiga lebih dulu ke sini dan mengunci pintu rooftop. Sehingga, murid lain tidak bisa masuk" terang Seulgi.

"Kalian memiliki kuncinya?" Irene menatap ke arah mereka bertiga dengan heran.

Wendy mengangguk, "Dengan sedikit pelicin, kita bisa mendapatkannya"

"Pelicin?" Rosè tampak kebingungan.

"Menyogok penjaga sekolah dengan uang, babe" Jisoo membantu menerangkan.

"Omo! Kalian-" Rosè menatap Lisa dan yang lainnya dengan tidak percaya.

"Ya! Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Hanya meminta kunci, bukan yang lain. Lagipula, kita tidak menyalahgunakan rooftop ini" Wendy buru-buru mengklarifikasi.

"Nee, nee" Rosè hanya mengangguk.

"So, apa yang akan kita lakukan? Hanya berdiri tanpa melakukan apapun? Percayalah, itu sangat membosankan" sela Joy tiba-tiba.

"Kita bisa melakukan permainan" usul Jisoo.

Mereka semua langsung menatap ke arah Jisoo dengan ekspresi penasaran.

"Permainan apa yang kau maksud?" tanya Seulgi.

Entah darimana, Jisoo tiba-tiba menunjukkan sebuah botol di tangannya dengan tampang sumringah.

"Bagaimana dengan truth or dare?" Jisoo menaik-turunkan alisnya.

"Hmm...terdengar bagus. Aku ikut!" ucap Irene antusias.

"Ya! Truth or dare mana seru? Lebih baik dare or dare. Bagaimana? Kalian berani tidak?" tantang Wendy.

"Ide bagus! Setuju setuju" Jisoo tampak antusias dengan ide yang Wendy berikan.

"Ya! Apa yang kau lakukan? Kau berharap seseorang akan memintamu mencium Joy?" bisik Seulgi, seraya menyenggol Wendy dengan lengannya.

"Diamlah, pabo! Ini bukan untuk kita, tapi Lisa" Wendy tidak kalah berbisik dengan pandangan mata tertuju pada Lisa.

"Lisa?" Seulgi tampak kebingungan.

"Sudahlah, ikuti saja permainanku" kata Wendy.

Seulgi hanya mengangguk patuh.

"Bagaimana para gadis? Kalian berani?" Wendy menatap ke arah Jennie, Joy, Irene dan Rosè bergantian.

"Siapa takut? Asal kalian tidak meminta kami telanjang saja" ceplos Irene.

Secret Under The MaskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang