٭࣭ ャ › Part 2 𖤩 ˖࣪، Ꮺ !

113 34 88
                                    

JANGAN LUPA FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!

[Tandai typo kalo ada]

.🦋.

02

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

02. Sekolah Baru

Keesokan harinya, Yuki sedang bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Setelah pulang dari taman kemarin, kedua orang tua Yuki telah membicarakan hal ini kepadanya, di mana ia akan sekolah nanti.

Bahkan, Arsen sudah lebih dulu mendaftarkan nama Yuki di salah satu SMA yang ada di sini sebelum mereka tiba di Jakarta. Mau bagaimana lagi? Yuki hanya bisa pasrah menerimanya. Selagi itu yang terbaik untuk dirinya kenapa tidak?

Yuki berdiri di depan cermin dan melihat bagaimana penampilannya saat ini. Salah satu tangan Yuki terulur untuk mengambil sebuah cardigan berwana hitam yang tergantung di rak baju sebelah cermin lalu memakainya. Gadis berambut panjang tersebut memperhatikan penampilannya dengan seksama.

Ia menarik bibirnya menjadi tersenyum. “Semangat Yuki!” ucap Yuki menyemangati dirinya sendiri. Setelah selesai, gadis berambut panjang itu mengambil tas pink-nya yang ada di meja belajar dan membawanya. Kemudian gadis itu keluar dari kamarnya.

“Pagi anak Mama!” sapa Alesha dengan tersenyum saat melihat anaknya turun dari tangga. Wanita paruh baya itu sedang menyiapkan sarapan pagi untuk mereka.

“Pagi, Ma!” balas Yuki mencium sebelah pipi Alesha.

“Wih! Papa gak dicium, nih?” tanya Arsen yang baru saja tiba di antara mereka.

Yuki membalikkan badannya menatap sang Papa lalu mencium juga sebelah pipinya. “Udah, kan?” tanya Yuki.

Arsen tertawa pelan melihat respon anaknya. “Iya, ayok kita makan.” Mereka bertiga mulai makan dengan tenang tanpa suara. Hanya ada dentingan sendok dan piring saja.

Alesha menatap wajah sang anak yang sedang makan. “Yuki?” panggil Alesha disela-sela makannya.

Yuki mendongakkan kepalanya menatap wajah sang Mama. “Iya, Ma?”

“Mama cuma mau bilang ke kamu, kamu harus ramah nanti, ya, di sekolah baru kamu. Jangan terlalu cuek sama sekitar, biar kamu itu dapat banyak teman nantinya,” pesan Alesha.

Yuki menatap Alesha dengan wajah datar, ia sangat malas kalau harus ramah dengan orang, kecuali kalau hal itu sangat penting. Yuki tipikal orang yang lebih suka menyendiri dari pada dirinya harus menghabiskan waktu dengan orang yang sangat tidak penting.

Buat apa ia memiliki banyak teman, kalau nantinya jika ia susah tidak ada satu pun orang yang mengulurkan tangan untuk membantunya. Bukankah manusia hanya datang di saat mereka susah? Dan meninggalkannya ketika mereka senang?

“Ma? Mama, tau sendiri, kan, Yuki kaya mana?” jawab Yuki dengan wajah memelas.

“Iya sayang, Mama tau. Setidaknya kamu harus punya satu teman aja, teman perempuan untuk kamu bisa berbagi cerita, bermain bersama, atau ngelakuin hal-hal yang akan membuat kamu senang.”

Love in November [TERBIT] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang