1. Z&N

3.1K 65 6
                                    

Assalamualaikum, everyone.
Ahlan wa Sahlan diceritaku ^^

Apa kabar? Semoga baik, ya.
Kenalin nama aku Linda, kalian bisa panggil aku nda/Lin.

Aku harap, kalian bisa stay diceritaku ini.

Kritik dan sarannya mohon banget kasih, ya? Soalnya aku juga masih pemula, hehe.

Ambil baiknya, buang buruknya.

Happy reading 💗

Gadis cantik dengan pakaian pengantinnya, dilengkapi kerudung serta riasan make up sedang bercermin didepan kaca.

Mata gadis itu berkaca-kaca. Jika bukan karena keinginan Abi-nya, Nafisa tidak ingin mau dinikahkan dengan lelaki yang jelas-jelas tidak dirinya kenal. Ingin menolak pun rasanya tidak mungkin, ini adalah keinginan sang Abi, Nafisa tidak bisa menolaknya.

Abi-nya yang telah mengurusnya sejak kecil, memberikan apa yang dirinya mau, Abi-nya adalah sosok pahlawan yang jasanya tak akan pernah terbalaskan.

Nafisa menghela nafas pelan, kepalanya mengadah keatas untuk menahan desakan air mata yang ingin keluar.

"Jangan nangis, Naf. Jangan nangis," monolognya, tangannya bergerak untuk mengambil tisu yang ada dimeja rias. Setelah mengambil tisunya, Nafisa langsung menghapus cairan bening yang ada di pelupuk matanya.

Disaat gadis itu sibuk dengan kegiatannya, tiba-tiba saja, pintu kamarnya terbuka menampilkan sosok wanita cantik yang selalu ia panggil dengan sebutan 'ummi'.

Dengan cepat, Nafisa langsung mengembangkan senyum manisnya ketika sang ummi sudah berada didekatnya.

"Maa syaa Allah. Bidadari kecilnya ummi sekarang udah gede aja," celetuk ummi Zahra sambil tersenyum hangat menatap lekat sang putri.

Tatapan itu, Nafisa sangat tau apa arti dari tatapan itu. Tanpa bisa ditahan, tangisan gadis tersebut pecah dihadapan ummi-nya.

Zahra pun langsung menarik sang putri kepelukannya, tangannya tergerak untuk mengelus punggung putrinya, Zahra tidak kuat lagi untuk menahan tangisnya ketika mendengar putrinya menangis tersedu-sedu.

Air mata pun lolos begitu saja tanpa meminta izin, jika disuruh untuk jujur, Zahra tidak ridha jika putri kesayangannya dinikahkan disaat usia yang bisa dibilang muda. Apalagi dinikahkan dengan lelaki yang tak dicintai oleh putrinya, tapi Zahra bisa apa? Semua ini mutlak keinginan suaminya dan tidak bisa diganggu gugat.

"Syuutt. Udah, udah. Seharusnya kan, hari ini kamu bahagia. Kok malah nangis?" tanya Zahra sambil mengusap air mata putrinya dengan tisu.

Nafisa hanya tersenyum menanggapi ucapan ummi-nya. Bibirnya tersenyum, tapi tidak dengan hatinya.

'bahagia? Letak Bahagianya dimana?'
Ingin sekali Nafisa berbicara seperti itu, jika ia berani tentunya. Nafisa takut kata-katanya malah melukai hati ummi, makanya ia memilih tersenyum saja.

"Gitu dong, senyum. Untung make up kamu waterproof, jadi gak luntur," ucap Zahra.

Nafisa menarik nafas dalam untuk menetralkan rasa sesak didadanya. Ah, iya. Nafisa baru sadar, ia langsung menatap ummi-nya dengan lekat. Zahra yang ditatap seperti itu pun kebingungan, mengapa putri-nya ini menatap dirinya seakan-akan hewan yang ingin menerkam mangsanya.

"Gak lucu," ucap Zahra sambil memukul pelan lengan putrinya, sehingga membuat Nafisa tertawa kecil.

"Bercanda, ummi," balas Nafisa masih dengan sedikit tawanya.
"Eum, aku boleh nanya?" lanjut Nafisa bertanya.

ZAYYAN & NAFISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang