9. Z&N

638 23 3
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Happy reading 💗


"Nafisa, lo mau bantu gue keluar dari jerat masa lalu?"

Ucapan Zayyan tadi pagi terus terngiang-ngiang ditelinganya. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa saat Zayyan mengatakan itu.

Ingin mengiyakan, tapi ia tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh suaminya.

Ingin menolak, tapi takut suaminya marah.

Jadi, ia hanya diam sampai lelaki itu selesai mengobatinya dan keluar dari kamar.

Menahannya agar tidak keluar pun, Nafisa tidak memiliki nyali. Akhirnya, ia hanya melamun diatas kasur dengan pandangan kosong menatap kearah jendela yang terbuka— menampilkan hujan yang sedang berlomba-lomba untuk menghantam tanah.

Melihat hujan yang turun begitu deras, mengingatkan perempuan itu pada abangnya. Ia kembali mengingat saat-saat dimana, abangnya mengejarnya dibawah guyuran hujan.  Waktu itu Nafisa kabur dari pesantren hanya untuk membeli ice cream, padahal cuaca sedang mendung, tapi ia tetap keukeh dengan keinginannya.

Perempuan itu terkekeh, mengingat-ingat masa kecilnya yang sering sekali membuat masalah dan sering membuat abangnya frustasi.

Aih, Nafisa jadi merindukan sang Abang yang sekarang sedang berkuliah di Kairo—Mesir.

Ceklek

Tiba-tiba Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok lelaki yang berdiri diambang pintu dengan keadaan basah kuyup.

"Astaghfirullah. Mas, kenapa bisa keujanan?" Nafisa mendekati Zayyan dengan wajah khawatir.

Nafisa menuntun Zayyan untuk duduk disofa, ia mengambil handuk, lalu memberikannya pada Zayyan.

Zayyan menerima handuk itu dengan wajah murung, lalu mengusap kepalanya dengan kasar.

'heran, tingkat kepekaan ni cewek berapa, sih?' gerutu Zayyan dalam hati.

"Mas, mau mandi pake air anget enggak?" Zayyan mengangguk.

"Yaudah, bentar. Aku siapin airnya dulu."

Setelah kepergian Istrinya, Zayyan langsung mengoceh tidak jelas.

"Jadi istri kagak ada peka-pekanya. Ngasih handuk aja, minimal diusapin kek."

"Lah, gue kenapa jadi gini?" Zayyan menggelengkan kepalanya.

Beberapa menit kemudian, pintu kamar mandi terbuka. "Mas, airnya udah siap."

Zayyan tampak mengangguk."Siapin baju," titahnya.

Setelah Zayyan masuk kedalam kamar mandi, Nafisa langsung menyiapkan apa yang diperintahkan oleh suaminya.

Saat membuka lemari, begitu terkejutnya Nafisa ketika melihat baju yang amat berantakan. Nafisa menghela nafas lalu mengeluarkan semua baju suaminya untuk dilipat kembali. Padahal, baru tadi malam ia merapihkannya, tapi sekarang sudah berantakan lagi.

ZAYYAN & NAFISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang