22. Z&N

834 40 14
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Happy reading 💗

Don't forget for vote and comment, guys. 

"Pulang," ujar Zayyan dengan datar, lalu pergi begitu saja.

Nafisa dan Lydia saling menatap lalu tertawa melihat wajah memerah Zayyan. Apakah lelaki itu mendengar mereka berdua membicarakannya tadi? Kalau benar, lucu sekali sikap salah tingkahnya itu.

"Udah, gih. Samperin sana," titah Lydia.

"Eh, tapi—"

"Gak papa, nanti kabarin Bunda kalau udah nyampe, ya?"

Nafisa mengangguk sedikit ragu. "In syaa Allah kalau inget," ucapnya sambil tersenyum. "Nafisa pulang dulu, ya, Assalamualaikum," pamitnya mencium punggung tangan Lydia lalu berjalan menyusul suaminya.

"Wa'alaikumssalam." gumam Lydia dengan senyuman tipis. Matanya berkaca-kaca, tidak menyangka jika anak berandalannya bisa berjodoh dengan gadis baik seperti Nafisa.

"Mas, tunggu!" teriak Nafisa sambil berlari pelan.

Namun, seakan tuli, Zayyan tetap melangkahkan kakinya tanpa menggubris teriakan Nafisa. Lelaki itu masuk kedalam mobil begitu saja, membuat Nafisa menghembuskan nafas panjang.

Nafisa langsung menyusul masuk kedalam mobil. Setelah berada didalam, matanya langsung menatap Zayyan yang sibuk dengan ponselnya.

Seakan sadar, Zayyan menoleh sambil mengerenyitkan alis menatap Nafisa. "Apa?" tanyanya.

Nafisa menggelengkan kepalanya lalu menatap kedepan.

Hal itu semakin membuat Zayyan kebingungan. Aneh, batinnya. Kemudian ia kembali mengotak-atik ponselnya.

Nafisa menoleh lagi pada Zayyan. Membuat lelaki itu juga ikut menoleh pada Nafisa. Tapi seperti semula, Nafisa kembali menatap kedepan.

Semua itu terus ter-ulang sampai ketiga kalinya, membuat Zayyan berdecak. "Lo kenapa sih, Naf?" tanyanya tidak santai, kentara sekali jika Zayyan sedang kesal.

Nafisa memberengut, Dasar enggak peka!

Zayyan menggeleng tidak habis pikir dengan tingkah laku istrinya itu, Seperti bunglon, cepat sekali berubah ketika berada ditempat-tempat berbeda.

Melihat Zayyan kembali dengan ponselnya, Nafisa mencondongkan tubuhnya untuk menekan klakson mobil dengan lama, membuat Zayyan menyorotkan tatapan tajamnya.

Baiklah, Nafisa diam, ia langsung ciut jika Zayyan sudah memberikan tatapan tajam bak Elang yang siap memburu mangsanya.

Zayyan menarik napas lalu menghembuskannya, berusaha sabar. "Kenapa?" tanyanya dengan nada lebih lembut.

"Cepet jalanin mobilnya dong, Mas. Dari tadi gak peka-peka perasaan," jawab Nafisa cemberut.

"Ngomong makanya," sungut Zayyan tak kalah kesal. "Dasar cewek," gumamnya.

Nafisa yang sedikit mendengar gumaman Zayyan menoleh cepat. "Gimana-gimana?"

Karena malas menanggapi, Zayyan pura-pura menulikan pendengarannya. Ia langsung melajukan mobil tanpa menghiraukan perempuan disebelahnya.

Nafisa mendengus, ia kembali menatap kedepan dengan perasaan kesal. Nafisa sadar jika ia sedang dikendalikan oleh kemarahan, karena itulah ia memejamkan matanya lalu beristighfar dalam hati.

Zayyan fokus menyetir dan Nafisa yang menatap jalanan dengan tenang membuat keadaan hening. Tapi keheningan itu tidak bertahan lama dikarenakan Zayyan yang tiba-tiba mengerem mendadak mobilnya.

ZAYYAN & NAFISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang