27. Z&N

658 35 7
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Komentar sebisa kalian aja, bisa?
Tapi usahain setiap paragraf, ya ^^

Happy reading 💗

Sekarang, didalam ruangan yang bernuansa gelap, terlihat empat lelaki yang sedang berbicara serius. Siapa lagi kalau bukan Zayyan, Azka, Juan dan Farhan. Mereka sedang menyusun rencana untuk Zayyan yang katanya 'ingin' Nafisa kembali.

"Jadi? Gue harus ...," Zayyan menggantung ucapannya karena speechless akan usulan yang diberikan oleh teman-temannya.

Mereka bertiga mengangguk kompak. Membuat Zayyan mengerenyit jijik karena usulan tersebut.

"Yang bener aja, masa gue harus nyamar jadi santriwan," ucap Zayyan tidak terima.

Azka memutar bola matanya malas. "Terus, lo ada usulan lain, gitu?" tanyanya jengah.

Juan mengangguk setuju. "Gak ada cara lain. Apalagi tadi lo sempet liat, kan, gimana marahnya Abi-nya Nafisa? Cuma gak diluapin aja. Apalagi Abangnya, ngeliat matanya aja gue udah merinding duluan," timpal Juan panjang lebar lalu bergidik ngeri.

Zayyan melirik datar pada Juan lalu berkata, "Ini juga, kan, salah lo. Coba kalau lo gak ngasih tahu semuanya, Nafisa pasti masih ada disini sekarang."

Juan menelan salivanya lalu nyengir. "Ya, maaf. Soalnya gue greget banget sama kelakuan lo ke Nafisa yang suka semena-mena."

Zayyan mendengus, tapi 3 detik kemudian, ia baru tersadar. Apa katanya? Abang?

"Nafisa punya Abang?" tanyanya heran.

"Lah, lo gak tahu?" tanya Azka, Juan dan Farhan kaget.

Zayyan menggeleng pelan. "Justru gue yang harus nanya. Lo bertiga kok bisa tahu? Sedangkan gue yang suaminya gak tahu?" tanyanya tidak terima. Jelas tidak terima, mereka siapa? Kenapa mereka bisa tahu? Zayyan bahkan sama sekali tidak mengetahui seluk beluk Nafisa.

Setelah terdiam lama dan hanya menyimak percakapan teman-temannya, Farhan menyangga dagunya dengan kepalan tangan sambil mengerenyit. "Gue heran sama lo, Zay. Lo itu suami Nafisa, seranjang sama dia, setiap hari ketemu, masa gak tahu? Ya, harusnya lo inisiatif, tanya gitu misalkan. Kocak, kocak."

Zayyan berdecak sebal, ia hanya melirik Farhan sekilas lalu berjalan dan langsung melompat ke kasur yang biasanya ditempati oleh istrinya itu. Ah, ia bisa mencium harum Nafisa disini. Harum bunga dan kue, Manis sekali.

"Damn, i really miss you, Nafisa," gumamnya dengan suara teredam.
Baru beberapa jam yang lalu Nafisa pergi, rasanya ia akan gila karena rindu pada perempuan itu. Mata indahnya, suara lembutnya, kejahilannya, pelototannya, kejutekannya, ketakutannya. Zayyan merindukan semua yang ada pada diri Nafisa.

Apakah ini yang dinamakan cinta? Karena, pada saat bersama Azzura, ia tidak pernah merasakan jantung berdebar sekencang ini. Walaupun kenyataannya, dulu ia tidak pernah menganggap Nafisa ada, tapi percayalah, selalu ada perasaan aneh yang selalu ia tepis dari hatinya.

Perasaan Jantung yang selalu berdegup kencang saat ia bersama Nafisa. Tapi selalu ditepis dengan dalih, gue udah punya Azzura.

ZAYYAN & NAFISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang