Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Happy reading 💗
"Kak Zayyan gak lupa kan sama perjanjian kita?" tanya Azzura memastikan.
Zayyan menoleh, lalu menjepit hidung Azzura pelan sambil terkekeh. "Perjanjian apa, sih?" setelah itu menjauhkan tangannya.
"Tuh kan, lupa," gerutu Azzura sambil bersidekap dada.
Lagi-lagi lelaki itu terkekeh. "Iya, gue lupa. Perjanjian apa emang?"
"Jangan sampe suka sama Nafisa, juga jangan pernah tinggalin aku."
Zayyan mengusak rambut gadis itu gemas. "Gak bakal, kok. Kan gue cuma sukanya sama lo."
"Gue do'a-in, semoga si Zayyan gak nelen ludah sendiri," ujar Farhan sambil memasang wajah julid. Ia kesal sekali pada sahabatnya itu.
"Hooh, kan berabe tuh kalau sampe nelen ludah sendiri. Bilangnya gak suka sama Nafisa, nanti giliran diembat sama orang lain—" Juan menggantung ucapannya, lalu saling berpandangan dengan Farhan.
"NGAMUK," ucap keduanya berbarengan.
"Ngomong lagi, gue gorok lo berdua," ancam Zayyan sinis. Ia kesal sekali jika waktu berduaan dengan gadisnya harus ada mereka.
Mahesa sedikit melirik sinis pada Azzura, membuat gadis itu menelan Salivanya susah payah. Ia mengalihkan tatapannya kearah lain.
Azka yang peka, langsung bertanya. "Lo berdua kenapa?"
"Eh, enggak. E-emangnya kenapa?" tanya Azzura balik dengan gugup.
Senyum miring Mahesa muncul. "Gue mau minta pendapat kalian," ujarnya yang berhasil membuat keempatnya menoleh pada lelaki itu—penasaran.
Terkecuali Azzura yang sekarang malah ketar-ketir dengan apa yang akan diucapkan oleh lelaki itu.
Farhan yang semula berada disisi Zayyan, langsung berpindah tempat kesamping Mahesa. "Pendapat apa?" tanyanya penasaran.
"Gimana perasaan kalian, kalau sesuatu yang udah jadi milik kita, malah jadi milik orang lain? Cuma karena, orang lain itu lebih punya segalanya dari kita?"
"Ya sakitlah. Kan kita duluan yang udah ngedapetinnya, terus cuma karena si orang lain itu lebih punya segalanya, bukan berarti, dia bisa seenaknya dong, ngambil apa yang udah jadi milik kita," sahut Juan.
"Hm, bener apa kata Juan. Ini bukan siapa yang lebih baik dari siapa, tapi tentang perjuangan kita yang udah susah payah buat ngemilikan sesuatu itu," balas Azka.
"Iya juga, ya. Rasanya kayak gak adil gitu. Kan kita duluan yang dapet, tapi kok bisa cuma karena masalah lebih baik dari dia, dia bisa seenaknya ngambil apa yang kita miliki," timpal Farhan.
"Tapi kalau sesuatu itu milih yang lebih punya segalanya dari kita, kita bisa apa?" tanya Mahesa sekali lagi.
"Bisa meratapi nasib kalau gue mah," jawab Azka acuh.
"Berarti si sesuatu itu gak bersyukur. Udah dikasih yang ber-effort, tapi malah milih yang cuma bisa ngandelin apa yang dia punya doang." sahut Juan.
Mahesa menoleh pada Zayyan. "Kalau menurut lo gimana, Zay?"
Zayyan menggeleng—pertanda tidak tahu.
Mahesa mendengus, lalu beralih pada Azzura. "Kalau menurut lo gimana, Ra?"
Azzura yang ditanyai seperti itu gelagapan. Matanya bergerak liar agar tidak bertatapan dengan Mahesa. Sebelum menjawab, gadis itu tertawa paksa. "Gak gimana-gimana, sih." jawabnya tanpa menatap Mahesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAYYAN & NAFISA
General FictionNafisa, putri dari Kyai Zein dan Ummi Zahra harus menerima keputusan bahwa ia akan dijodohkan dengan lelaki pilihan Abinya. Menikah yang ia impikan adalah, hidup sederhana dengan keluarga bahagia yang shalih dan shalihah. Sederhana, bukan? tapi jika...