Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Happy reading.
Seperti pada pagi biasanya, Nafisa sudah berada di dapur untuk memasak. Ia menyiapkan Sayur asem, telur dadar dan ayam kecap tentunya.
Nafisa bangun pada pukul 3 malam, ia shalat tahajud dan tadarusan sampai menunggu adzan subuh berkumandang. Baru setelah itu, Nafisa turun kedapur dan menyiapkan sarapan untuk ia dan suaminya makan.
Ngomong-ngomong tentang suaminya, sekarang Zayyan masih tidur disofa yang berada dikamarnya. Nafisa juga tidak mengerti kenapa lelaki itu tiba-tiba datang ke kamarnya dan mengatakan 'numpang tidur'.
Setelah Nafisa menyelesaikan masakannya, perempuan itu berjalan menuju kamarnya untuk membangunkan Zayyan.
Sesampainya didepan kamar, Nafisa masuk dan melihat suaminya masih tidur. Walaupun tidak memakai selimut karena selimut yang ia berikan semalam sudah berada dilantai.
Nafisa menarik nafas dalam-dalam, lalu mengehembuskannya."Mas, bangun gih. Katanya mau berangkat kuliah," ujarnya dengan lembut.
Masih tidak bangun.
"Mas Zayyan, bangun," Nafisa menepuk-nepuk tangan suaminya.
Tidak ada tanda-tanda Zayyan akan bangun.
Menghela nafas panjang, sepertinya, Nafisa harus menggunakan cara lain.
Ia berjongkok, tangannya menyentuh hidung Zayyan. Walaupun sempat tertegun melihat wajah suaminya yang—eum, tampan.Tangan perempuan itu langsung menjepit hidung Zayyan dengan jarinya sampai lelaki itu terlihat kesusahan bernafas.
Berhasil, Zayyan bangun dengan nafas terengah. Lelaki itu langsung duduk dan menatap tajam kearah Nafisa.
"Lo ngapain bangs*t?!" bentaknya dengan emosi. Terlihat rahangnya mengeras disertai urat-urat yang menonjol.
Kaget? Tentu saja. Nafisa sampai terperanjat saking kagetnya. Baru kali ini Zayyan berkata kasar padanya.
"I-itu, aku m-mau bangunin mas Zayyan, t-tapi mas Zayyan-nya gak bangun-bangun. Makanya aku—" ucapannya terpotong.
"Lo sengaja mau bunuh gue?" tanyanya geram.
Nafisa menggeleng cepat."Astaghfirullah. Enggak. Tadi mas gak bangun-bangun, makanya aku—awh ssh," Nafisa meringis ketika tangan Zayyan tanpa aba-aba langsung mencengkram rahangnya.
"Lama-lama lo ngelunjak, ya?" gigi Zayyan bergemelatuk menahan emosi, sudah cukup kesabaran Zayyan pada istrinya.
Lelaki itu mendekatkan wajahnya pada Nafisa, lalu tanpa aba-aba, ia menggigit bibir bawah perempuan itu dengan keras sampai mengeluarkan darah.
Setelahnya, Zayyan langsung berdiri. Senyuman miring tercetak dibibirnya, lalu berkata, "bibir lo pait, gak kayak bibir Azzura, manis." ujarnya enteng, lalu pergi begitu saja.
Dirasa Zayyan sudah pergi, Nafisa langsung menangis—tanpa suara. Sakit... bibirnya sakit, tapi hatinya jauh lebih sakit. Mendengar Suaminya berbicara mengenai gadis itu, berarti... Zayyan sudah pernah berciuman dengan Azzurra?
Ya Allah... baru cobaan kayak gini, aku udah enggak kuat. Gimana buat kedepannya nanti?
🌙🌙🌙
Zayyan akui, ia sudah keterlaluan pada istrinya. Tapi mau bagaimana lagi, emosi sudah lebih dulu menggerogoti pikiran dan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAYYAN & NAFISA
General FictionNafisa, putri dari Kyai Zein dan Ummi Zahra harus menerima keputusan bahwa ia akan dijodohkan dengan lelaki pilihan Abinya. Menikah yang ia impikan adalah, hidup sederhana dengan keluarga bahagia yang shalih dan shalihah. Sederhana, bukan? tapi jika...