Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Happy reading 💗
"AAAAA-eh?" Nafisa mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali ketika merasakan tubuhnya tidak jadi ambruk kelantai, melainkan ditahan oleh tangan seseorang yang sekarang sedang menatapnya terkejut.
Brugh
"Astaghfirullah. Shhh," Nafisa meringis ketika merasakan punggungnya sangat sakit karena jatuh kelantai.
Ia memandang Zayyan seolah meminta pertolongan. Tapi seakan buta, Zayyan hanya melirik sekilas lalu melenggang pergi begitu saja.
Nafisa menghembuskan nafasnya lelah. Berusaha bangkit hingga akhirnya ia berhasil berdiri.
"Mas, makan dulu."
Zayyan menghentikan langkahnya, lalu memutar tubuhnya dan langsung berjalan menuju meja makan.
Nafisa tersenyum simpul. Dengan cepat, ia menyiapkan makan siang untuknya dan untuk suaminya. Perempuan itu meletakkan nasi dan ayam kecap dipiring Zayyan, Zayyan menatap menu makanannya seolah sedang menilai. Lalu, ia pun mulai memakannya.
Nafisa meneguk salivanya kala Zayyan terdiam setelah memakan masakannya. "E-enak gak?"
"Hm, not bad."
Akhirnya ia bisa Bernafas dengan lega. "Alhamdulillah."
Setelah percakapan singkat itu, suasana dimeja makan mulai sunyi. Hanya terdengar dentingan sendok yang beradu dengan piring.
Nafisa yang diam dengan berbagai macam pertanyaan yang berusaha ia tahan.
Dan Zayyan yang diam karena sedang menikmati makanannya.
Drrtt...Drrtt...Drrtt...
Suara ponsel dari saku Zayyan berhasil memecah keheningan. Nafisa sedikit melirik Zayyan kala ia melihat senyuman tipis yang terbit dibibir suaminya itu.
Zayyan mengangkat telepon dari seseorang lalu meletakkan ponsel itu kedekat telinganya.
"Iya, cil. Ada apa?" tanya Zayyan dengan suara lembut.
Reflek, Nafisa langsung menatap Zayyan seolah meminta penjelasan. Membuat Zayyan tersenyum sinis saat istrinya melihat kearahnya.
"Jangan, biar gue aja. Lo tinggal tunggu didepan rumah lo. Gue otw," tutur Zayyan lalu melangkahkan kakinya meninggalkan meja makan dan pergi kekamar.
"Tapi mas, Makanan dipiring kamu masih banyak. Nanti mubazir," celetukan Nafisa berhasil membuat langkah kaki lelaki itu terhenti.
"Gue udah kenyang." balas Zayyan lalu melangkahkan kakinya kembali.
Nafisa hanya bisa menatap nanar kepergian suaminya itu. Ingin melarang, tapi ia punya hak apa? Bahkan, status suami istri pun tak ada gunanya untuk mencegah hal yang diinginkan suaminya.
Helaan nafas lagi-lagi Nafisa lakukan, ia menarik piring dan memakan bekas makanan suaminya. Daripada mubazir, pikirnya.
Drrtt...Drrtt...Drrtt
Nafisa mengambil ponselnya yang bergetar didalam saku gamisnya.
Ayla🐻
Senyuman terbit dibibir Nafisa. Dengan cepat, ia mengangkat Video call dari sahabatnya.
"Assalamualaikum Ning," seru Ayla disebrang telepon dengan melambaikan tangannya.
"Wa'alaikumssalam." Balas Nafisa sembari tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZAYYAN & NAFISA
General FictionNafisa, putri dari Kyai Zein dan Ummi Zahra harus menerima keputusan bahwa ia akan dijodohkan dengan lelaki pilihan Abinya. Menikah yang ia impikan adalah, hidup sederhana dengan keluarga bahagia yang shalih dan shalihah. Sederhana, bukan? tapi jika...