13. Z&N

592 23 4
                                    

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Happy reading 💗

Suara rintikan hujan beserta gemuruh petir dan kilat menyala, menambah kesan ekstrim dimalam ini.

Nafisa berada di balkon kamarnya. Ya,  kamarnya. Karena kejadian tadi, mereka berdua langsung membuat kesepakatan. Yaitu, pisah kamar. Tujuannya, agar mereka bisa menenangkan hati dan pikiran masing-masing.

Nafisa tidak takut dengan suara atau pun kilatan cahaya dari petir. Buktinya, perempuan itu malah menjepret beberapa foto. Setelah Shalat isya, Nafisa langsung berlari menuju balkon. Bahkan, sekarang kerudungnya pun sedikit basah.

Nafisa sangat menyukai Langit. Apapun yang berhubungan dengan Langit, Nafisa menyukainya. Bahkan, petir sekalipun.

Senyuman kecil terulas dibibirnya. Dirasa puas, Nafisa langsung masuk lagi kedalam kamar untuk tidur, lalu merebahkan tubuhnya diatas kasur.
Baru saja ia ingin memejamkan matanya, suara pintu yang dipaksa untuk terbuka terdengar.

Tunggu, jangan bilang kalau itu suaminya? Tapi tadi Nafisa melihat Zayyan sudah tertidur. Apa jangan-jangan, Penjahat? Perampok misalnya? Degup jantungnya semakin cepat, Ia berjalan mengendap-endap lalu mengambil sapu.

Setelah berada tepat didepan pintu, Nafisa mulai membuka pintunya perlahan. Ia terus merapalkan do'a dan semakin mengeratkan genggaman tangannya pada sapu.

Pintu terbuka. Perempuan itu langsung memukul-mukul orang tersebut dengan sapu.

"Pergi! Pergi sana! Dasar penjahat!"

Orang itu menutup kepalanya dengan tangan sambil meringis.

"Mau ngapain kamu? Mau maling, ya? Istighfar. Maling itu dosa!" pekiknya sambil terus memukul-mukul orang tersebut dengan mata terpejam.

Karena tidak tahan, orang itu langsung menarik sapunya dan mendorong Nafisa sampai membentur dinding.

Nafisa makin histeris. Ia memukul dan menendang orang itu dengan  membabi-buta.

Orang itu langsung menghimpit tubuh Nafisa dan memegang tangannya. "Ini gue, Zayyan." ucapnya dengan nada datar.

Mendengar suara yang terasa Familiar, Nafisa membuka matanya. Ia melotot lalu melepas paksa tangannya dari genggaman Zayyan dan mendorong lelaki itu.

Zayyan bersidekap dada. Ia menatap Nafisa sambil mengangkat alisnya. Sedangkan perempuan itu malah sok sibuk merapihkan gamis dan kerudungnya.

Nafisa berdehem. Ia menatap Zayyan sambil mengangkat dagunya—angkuh.

Iya. Mulai sekarang, Nafisa tidak akan lemah lagi. Ia harus terlihat kuat agar tidak mudah ditindas oleh orang-orang. Mau itu gadis bernama Azzura, atau pun  lelaki didepannya ini.

Walaupun aslinya ketar-ketir jika sudah berhadapan dengan Zayyan. Karena aura lelaki ini sangatlah menyeramkan.

"Gak sopan," Zayyan menyentil kening Nafisa.

Nafisa mengusap keningnya. Sesekali melirik Zayyan dengan tatapan tajam.

Nafisa menetralkan detak jantungnya.  Ia menarik nafas dalam-dalam dan langsung mengeluarkannya, lalu berkata, "Mas Zayyan ngapain didepan kamar? Mau maling, ya?"

ZAYYAN & NAFISA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang