14

1.5K 93 4
                                    

Jangan lupa vote and komen ya guys

-Nisa


Setelah kejadian menegangkan tadi, El mengantarkan Faris dan Ica kesekolah secepat mungkin. El tau Opahnya itu akan mengamuk kapan aja. El menjauhkan Faris dari amukan sang Opah.

Sepanjang jalan El juga terus menerus memikirkan nasib Haris, Tino dan Dafa. Dia juga ingin membawa mereka untuk menghindari Opahnya. Tetapi dia juga tidak mau membuat Opahnya semakin marah karena membawa mereka. Opahnya sudah mengatakan akan mengantar mereka kesekolah sendiri. Kalau El yang membawa mereka, El takut Opahnya akan marah saat tau El yang membawa mereka pergi. Sedangkan Faris dan Ica melamun memikirkan dunianya masing-masing.

El mengehentikan mobilnya di depan gerbang sekolah Faris dan Ica. El mematikan mesin mobilnya dan menghela nafas, menundukkan kepalanya. El menetralkan pikirannya dan perasaannya. Dia takut suaranya akan bergetar saat berbicara nanti.

"Ica! Kamu masuk dulu ya. Abang mau ngomong dulu sama bang Faris" Ucap El saat sudah menetralkan perasaannya.

"Iya bang!" Ucap Ica menuruti apa yang dikatakan El.

"Mereka mau ngomong apa sih? Kenapa si El kayak mulai nganggap gw jadi orang asing? Semua ini gara-gara si anak sialan itu!" Gerutu Ica dalam hati saat berjalan di halaman sekolah.

El menatap Ica yang berjalan menjauh. Saat Ica sudah cukup jauh menurutnya, El pun menghela nafasnya.

"Far! Pulang sekolah nanti kamu harus minta maaf sama Opah! Terutama sama Haris! Jangan sampai kamu kena amukan Opah. Sepertinya Daddy akan dihukum oleh opah nanti" Pinta El kepada Faris.

"Iya bang!" Jawab Faris menurut dan menundukkan kepalanya. Faris ingat tentang cerita Tino kepadanya dulu saat Opahnya mengamuk di Prancis.

"Opah sesayang itu ya sama anak sialan itu?" Tanya Faris tiba-tiba.

"Ah, dan satu lagi! Kamu gak boleh panggil Haris pakai sebutan itu lagi! Kalau tidak kamu tau akibatnya kan?" Bukannya menjawab El malah membuat Faris semakin menegang.

"Kamu tau sendiri opah sesayang itu sama Haris. Dan karena opah juga Haris bisa selugu itu dulu. Sekarang, saat opah masih di Prancis dan Haris amnesia, seketika sifatnya menjadi berubah. Abang rasa opah sangat berpengaruh untuk Haris" Lanjut El.

"Kenapa Abang bisa kepikiran kayak gitu?" Tanya Faris heran. Faris kini di antara paham dan tidak paham.

"Tidak hanya Abang! Bang Al dan bang Doni juga sama! Sebenarnya Abang gak boleh cerita ini ke kamu sama mereka! Karena kita mikir kalau kamu masih dibutakan kebencian. Nyatanya kamu masih marah saat tau opah paling sayang sama Haris" Faris mengangguk dengan penuturan itu.

"Dan satu lagi, kamu harus memperhatikan Ica. Jangan terlalu sayang sama dia!" Ucapan El membuat Faris refleks menatap ke arah El.

"Kenapa? Bukannya Abang juga sayang sama Ica" Heran Faris.

"Iya! Tapi itu dulu saat Abang masih bodoh! Kau seharusnya tau! Ica bukan keluarga kandung kita. Dia hanya orang luar yang dibawa oleh Daddy. Abang tidak akan melarang mu untuk menyayanginya. Itu hak kamu. Seharusnya kamu tau mana yang harus diperhatikan dan mana yang harus disayang" ucapan El semakin membuat Faris merasa bingung.

"Kamu harus perhatikan Ica terlebih dahulu! Baru kamu bisa memutuskan untuk menyayanginya atau menyayangi yang lain. Setelah kamu memutuskan itu, selanjutnya kamu harus memperhatikan yang lain" Pinta El.

"Faris gak sepenuhnya paham sama omongannya bang El. Tapi Faris bakal coba lakuin itu semua!" Jawab Faris dan langsung keluar dari mobil El tanpa berkata-kata lagi.

𝕻𝖊𝖓𝖌𝖌𝖆𝖓𝖙𝖎 𝕳𝖆𝖗𝖎𝖘 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang