16

2K 119 13
                                    

Jangan lupa vote and komen ya guys

-Devan


Sudah seharian Haris tidak keluar dari kamar. Dia bahkan tidak sekolah. Jangankan sekolah, untuk makan saja dia tidak keluar satu langkah pun untuk mengisi perutnya.

Semua orang khawatir dengan keadaan Haris. Mereka mencoba mengetuk pintu kamar Haris. Memastikan keadaan Haris. Tetapi selalu saja gagal, karena tanpa mendapati respon dari Haris. Ingin membuka pintu itu tapi juga tidak bisa. Karena Haris menguncinya dari dalam.

Pulang sekolah Faris tidak mendapati Haris di mansion itu. Dia berfikir untuk apa dia Semarah itu kepada opah hanya untuk Daddy nya yang kejam terhadapnya (?).

Faris melihat seorang maid yang sedang bekerja membersihkan ruang tamu. Faris menghampiri maid itu. "Mba! Apa Haris dari pagi masih belum keluar kamar?" Tanya Faris kepada maid tersebut.

"Belum tuan! Bahkan makanannya masih utuh di depan pintu kamar!" Jawab maid tersebut.

"Baiklah terimakasih!"

Faris kini berjalan di lorong lantai dua. Dia berjalan ke arah pintu yang sedang di kunci oleh pemiliknya dari dalam. Dapat dia lihat ada satu porsi makanan yang sedang utuh di samping pintu. Dia ingin mencoba mengetuk pintu itu. Tapi dia ragu. "Untuk apa juga dia kesana?" Pikirannya.

Tanpa Faris sadari, Tino telah memperhatikannya sedari tadi. Tino mendekati Faris dan heran saat tangan Faris dengan ragu ingin mengetuk pintu itu.

"Tinggal ketuk juga!" Ucap Tino tiba-tiba membuat Faris terkejut hingga sedikit menyenggol makanan itu.

"Anjeng lu ngagetin aja!" Faris mengelus dadanya yang berdebar karena terkejut.

"Hayuluh ngumpat!"

"Diem ah! Ngapain sih lu disini?" Kesal Faris setelah dikejutkan oleh Tino.

"Ya gw khawatir lah Ama adek gw!" Jawab Tino apa adanya, tapi juga sedikit menggoda Faris.

"Adek pala bapak lu! Sejak kapan ayah punya anak kek dia?" Omel Faris dengan menunjuk-nunjuk ke arah pintu di hadapannya.

"Sejak bapak lu gak nganggep anak kandungnya sendiri!" Jawab Tino jujur dan menyakitkan untuk Faris.

Faris melamun mendengar itu. Dia menundukkan kepalanya. Memang benar Daddy nya tidak menginginkan Haris karena dianggap anak pembawa sial. Dia sudah melenyapkan nyawa mommy sejak dia lahir. Karena Daddy nya tidak menginginkannya, otomatis dia bukanlah adiknya. Tapi mau bagaimana pun dia adalah adik kandungnya, bahkan lahir dari rahim yang sama.

"Arghh gw gak peduli! Gw kangen gelut ama tuh bocah!" Teriak Faris, lelah dengan fikirannya yang menurutnya membuat sakit kepala.

"Idih! Gengsinya ilang!" Respon Tino yang masih berdiri di tempatnya.

Tanpa memperdulikan respon Tino. Faris pun menggedor pintu kamar Haris.

Dubrak!! Dubrak!! Dubrak!!

"Woee!! Santai anjeng!"

"HARIS!! KELUAR GAK LU!! GELUT YUK!! GW KANGEN GELUT AMA LU!!" Teriak Faris masih dengan gebrakan pintunya.

"Jujur ahmad lu bang!?" Respon Tino yang masih diacuhkan oleh Faris.

"KELUAR GAK LU!!? ATAU GW DOBRAK NIH PINTU!!"

"Santai man! Udah kayak mau nagih utang aja lu, dasar rentenir!" Masih diacuhkan oleh Faris yang mulai mendobrak pintu kamar Haris.

"Bejir! Nih bocah seriusan?" Heran Tino dengan tingkah sepupunya.

𝕻𝖊𝖓𝖌𝖌𝖆𝖓𝖙𝖎 𝕳𝖆𝖗𝖎𝖘 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang