18

479 41 7
                                    

Jangan lupa vote and komen ya guys

-Arjuna

Faris melajukan motornya meninggalkan area sekolahan dengan begitu cepat. Dia menancap gas dengan kencang, hingga membuat Tino yang dibonceng olehnya harus bersusah payang mencari pegangan yang nyaman di tubuh Faris. Alhasil, mau tidak mau, Tino harus memeluk tubuh Faris.

Dia tidak peduli kalau orang lain akan menganggap itu sedikit ambigu. Yang terpenting adalah keselamatannya.

Tino sudah terlalu kesal dengan Faris yang masih tidak meredakan kecepatannya, walaupun saat lampu hijau mulai berganti menjadi merah. Dia tetap menarik gas tanpa menguranginya sedikitpun.

"WOY!!! PELAN DIKIT BISA GAK SIH?" Teriak susah payah Tino.

"Hah? Apa?"

Bukan itu respon yang Tino mau, Faris! Ayolah.... Tino yakin kalau Faris mendengar teriakannya barusan. Tapi karena dia terlalu fokus melihat ke jalanan yang cukup ramai, dia menjadi sedikit lamban untuk memproses.

Tino memukul cukup keras di helm Faris. Hingga membuat hel itu sedikit bergeser dan hampir menutupi penglihatan Faris pada jalanan.

"JANGAN DIPUKUL WOYY! INI HELM NYA GESER, KALO KITA JATUH GIMANA?"

"MAKANYA JANGAN NGEBUT!! KALO KITA JATUH JUGA GIMANA?" Teriak Tino lagi. Kali ini teriakannya lebih kencang dari sebelumnya, hingga dia sedikit merasa sakit di bagian lehernya.

Faris tidak merespon apapun, dia hanya sedikit mengurangi kecepatannya. Ya... Walaupun cuman sedikit, Sangat... Sedikit.

Tino menghela nafasnya lelah. Tidak tau harus bagaimana lagi menghadapi sepupu yang sudah seperti musuh untuk kehidupannya.

Mereka tidak pernah akur sama sekali sejak kecil. Bahkan untuk mengobrol sedikit panjang, layaknya Keluarga. Itu saja tidak pernah. Mereka memilih akan diam, jika salah satu dari mereka mengeluarkan ekspresi selain wajah datar.

Saat Faris membelokkan motornya ke arah sebuah gang yang lebih kecil. Tiba-tiba, ada sekumpulan anak-anak berseragam SMA menghadang jalan mereka.

Mereka terjatuh. Untungnya, mereka jatuh ke sebuah rerumputan. Jadi tak menimbulkan luka serius. Hanya sedikit goresan dan itu pun tidak begitu serius.

"Aduh...." Lenguh Faris membersihkan tangannya dari rerumputan yang menempel di sikunya.

"Eh- Lu gapapa kan?" Tanya Faris mengkhawatirkan Tino yang juga sedang melakukan hal yang sama dengannya.

"I'm okay" jawab Tino.

Mata Faris seketika menajam saat melihat ke arah orang-orang yang menghadang jalannya. Dia berdiri dan menolong Tino untuk berdiri juga.

"Siapa kalian!!? Jangan berani-berani ya.. sama kita!" Gertak Faris dengan tatapan tajamnya.

Namun hal itu tak dapat membuat orang-orang itu merasa takut kepadanya. Walaupun orang-orang itu memiliki tubuh yang lebih kecil dari Faris... Tapi kalau membicarakan jumlah orang, tentu saja Faris akan kalah kalau hanya menghadapi mereka dengan Tino saja. Kalau ingin memanggil bantuan... Tidak ada waktu lagi untuk itu.

Mau tak mau, Faris harus menghadapi 8 orang tersebut. Dia tidak akan meminta Tino untuk ikut menghadapi mereka. Entah apa urusan mereka, Faris tidak akan membiarkan mereka melukai Tino. Bisa-bisa Faris akan dimarahi oleh opah nya, jika Tino pulang dengan banyak luka. Mau bagaimanapun, Tino juga salah satu cucu kesayangan opah nya.

Tetapi Tino tidak ingin tinggal diam dan hanya melihatnya saja. Dia pun ikut bersiap dan memasang kuda-kuda untuk menghadapi 8 orang tersebut.

"Heh!? Lu ngapain?" Panik Faris.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

𝕻𝖊𝖓𝖌𝖌𝖆𝖓𝖙𝖎 𝕳𝖆𝖗𝖎𝖘 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang