0.5

1K 58 1
                                    

14 Juli, 2018

Waktu menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Seharusnya hari ini dia pergi bekerja paruh waktu, namun untuk 40 hari kedepan kesehariannya akan sedikit berbeda. Dirinya sudah menjadi mahasiswa KKN.

Pemandangan ibu kota yang berganti menjadi jalanan penuh pohon rindang menemani rasa kantuknya. Ditepi-tepi jalan juga terlihat beberapa warga yang membawa alat berkebun.

Regina menghela nafas. Melihat para orang-orang tua itu mengingatkannya pada Mama. Mama yang sedang banjir-banjirnya orderan ketering.

Pasti lelah. Begitu pikirnya.

Tiba-tiba otaknya berandai kalau dia bekerja di perusahaan startup, punya gaji yang menyentuh angka dua digit. Wah, rasanya seperti nikmat dunia tak ada tandingannya.

Sudah dipastikan Mama akan jadi nyonya yang cuma kerjanya hilir mudik untuk arisan.

Regina tersentak dari lamunannya ketika teman di sampingnya menepuk pundaknya.

"Nih," perempuan itu bernama Amelia, jurusan Sastra Inggris.

Alis Regina nampak naik, dia bingung. "Buat gue?" Tanyanya menunjuk biskuit yang di sodorkan perempuan itu.

Amelia mengangguk pelan. "Bukan dari gue, sih. Noh si pak ketua yang nyuruh kasih ke lo,"

Mata Regina langsung menyusuri kursi bus bagian belakang. Yang di panggil pak ketua itu sedang asik mengobrol dengan lelaki lainnya.

Regina meringis, tapi tetap mengambil biskuit itu hanya untuk menghargai. "Thanks ya?"

"Langsung bilang aja sama orangnya nanti," kata Amelia membalas.

Regina mengangguk saja. Setelahnya kembali menyandarkan kepala ke jendela, memilih memejamkan mata karena sedikit pusing. Semalam dia hanya tidur 3 jam karena pulang bekerja terlalu larut.

**

Desa yang terletak di salah satu kabupaten di Jawa Barat ini sangat mirip sekali dengan kampung Mama. Bukan desa yang ketinggalan, malah hampir mirip seperti kehidupan di pinggir kota.

Air sudah aman, listrik aman, bahkan sampai wifi pun tersedia. Seperti rumah yang akan menjadi posko mereka, sudah paket lengkap.

"Sebenarnya ini rumah sengaja di buat sama Pak Kades empat tahun yang lalu karena setiap tahunnya pasti ada anak-anak KKN. Ketimbang numpang di rumah warga, Pak Kades inisiatif buatin rumah posko," jelas laki-laki yang memperkenalkan diri sebagai pengurus posko ini, namanya Kang Abey.

Haga, ketua pelaksanakan KKN mereka nampak mengangguk-anggukkan kepala. Dia terlihat sangat aktif bertanya seakan sudah akrab lama dengan Kang Abey.

"Makasih ya, Kang? Semoga kedatangan kami bisa membawa dampak positif disini. Mungkin besok kami akan silaturahmi ke rumah Pak Kades." Ucap Haga menutup percakapan mereka.

Kang Abey mengangguk. Lalu, menepuk pundak Haga beberapa kali. Setelahnya pamit pergi.

Mereka melangkah masuk ke rumah yang lumayan luas itu. Di dapur sudah tersedia semuanya, kamar mandi juga bersih, kamar tidur ada 2.

"Yang kamar kanan untuk para cewek, kami yang di kiri." Jelas Haga.

Setelah mendapat penjelasan, para perempuan masuk ke kamar untuk menata barang mereka. Regina sendiri memilih untuk duduk terlebih dahulu. Kepalanya terasa panas dan pusing bersamaan.

Hidden MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang