Dinda menepati janjinya. Salah seorang kenalannya mengatakan kalau di salah satu perusahaan periklanan sedang butuh karyawan dibidang account service.
Jelas saja Regina langsung mengiyakan dan disinilah dia berada. Setelah sepekan yang lalu mengikuti interview bersama beberapa kandidat lainnya.
Dia bersama dua orang anak baru lainnya mendengarkan dengan cermat penjelasan HRD cantik di depan mereka.
Sejujurnya Regina tak terlalu fokus pada topik pembicaraan HRD tersebut, dia lebih fokus mengamati wajah cantik tanpa pori-pori milik HRD itu.
"Kok bisa ya mukanya semulus pantat bayi? Apa karena gajinya gede sampe bisa perawatan yang mahal gitu ya?" Kira-kira begitulah isi pikiran Regina.
"Oke, bisa dipahami, ya?" Akhir wanita itu. Suaranya terdengar ramah dengan senyum yang tak henti-hentinya dia tebarkan.
"Pasti banyak yang gebet nih," batin Regina.
Regina ikut mengangguk ketika dua rekannya mengangguk paham. Setelahnya mereka membubarkan diri.
Karena hanya dia satu-satunya perempuan diantara dua laki-laki di depannya, jadilah dia mengikut saja kemana langkah dua laki-laki itu pergi.
Salah satu dari dua lelaki itu mengetuk pintu ruangan kaca sambil membukanya, Regina ikut masuk saat yang lain masuk.
Kontan saja semua pegawai di dalam ruangan itu menoleh mendengar salam dari tiga orang asing. Beberapa dari mereka menatap heran, beberapa lagi cuek.
"Halo, anak baru ya?" Seorang pria yang mungkin Regina perkirakan usianya sekitar tiga puluhan? Menyapa mereka dengan ramah. Dagu pria itu nampak terbelah, sepertinya jadi ciri khasnya.
"Kenalin saya Johan, saya disini sebagai AE senior. Ayo, saya antar kalian ke ruangan manajer." Johan berbalik dan berjalan duluan, Regina dan kedua rekannya segera mengikuti.
Selama berjalan menuju ruangan manajer yang melewati kubikel-kubikel para karyawan, Regina menangkap salah satu suara yang mengatakan begini, "anjir, beneran ada cewek?"
WHY?
Apa masalah dengan gender? Bukankah suara itu tadi adalah suara perempuan juga? Apakah gender disini dirasiskan?
Regina mengernyit tidak suka. Tapi, mau bagaimana lagi sudah kepalang tanggung masuk ke sini, nikmati saja apa pun yang akan terjadi ke depannya.
**
Di depannya ada tiga orang pria dewasa. Yang duduk berdua bersebelahan adalah manajer dan asistennya. Yang duduk sendirian di single sofa adalah pimpinan divisi ini atau mereka memanggilnya pak bos.
Regina duduk gelisah saat menangkap ada kilatan aneh diraut wajah bosnya itu. Si manajer yang Regina tahu namanya adalah Bambang paling banyak berbicara dan ditimpali beberapa kali oleh asistennya.
Sedangkan Pak Gunawan, si bos yang terus menatapnya sensual itu hanya membuka suara tiga kali selama setengah jam lebih mereka di ruangan ini.
"Jadi, nanti kalau memang ada yang kurang paham langsung tanya aja sama rekan-rekan yang lain. Masalah ada senioritas yang berlebihan bisa langsung hubungi saya aja," ucap Pak Bambang, beliau seperti akan mengakhiri penjelasannya.
"Khusus buat kamu bisa hubungi saya kalau ada yang sekiranya mengganggu kamu." Regina mengangguk sungkan saat Pak Gunawan menunjuknya, ada seringai tipis yang dia tangkap.
Setelah akhirnya diperbolehkan keluar untuk menempati kubikel baru mereka, Regina menghela nafas, lehernya rasa tercekik selama di dalam sana.
"Kata gue sih lo harus hati-hati, Re. Kayanya tu bos agak cabul," Tofan yang berjalan di sebelahnya berbisik.
"Bener." Arya ikut menimpali dengan suara minim.
Regina sendiri mengangguk dengan ringisan pelan. Ternyata bukan hanya dia yang menangkap gelagat aneh si bos itu.
"Gimana? First impression kalian sama atasan kita?" Regina yang amat peka akan apa pun, bisa menangkap maksud dari perkataan Johan. Walau pria itu berbicara dengan senyuman tiga jari.
"Eh... baik, Pak." Kata Tofan dan diangguki yang lain. Johan pun tertawa renyah dan menepuk bahu Tofan.
Mereka dipersilahkan memakai kubikel yang sudah dipersiapkan. Tetapi, langkah Regina tertahan oleh Johan.
"Lo harus hati-hati sama Gunawan. Kalau bisa hindari jam lembur sendirian." Sebelum pergi, Johan menepuk bahu Regina.
Regina tertegun.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Memories
ChickLitRere jatuh cinta pada Harfi. Kata orang, cinta membuat seseorang jadi kurang waras, ternyata benar. Rere gelap mata, dia terayu sentuhan hangat Harfi malam itu. Mereka sama-sama menjadi gila dan lupa dunia. Tetapi, Harfi sadar ini semua salah. Dia m...