Semua bertepuk tangan saat program kerja yang ketiga sudah selesai dan berjalan lancar. Juga mendapat sambutan antusias dari warga. Bahkan, kata Pak Kades untuk proker terakhir Bupati akan hadir.
Semuanya bersuka cita atas kerja keras mereka selama 26 hari di desa ini. Mereka juga semakin kompak walau kadang-kadang ada saja hal sepele yang diperdebatkan.
"Good job!" Kata Pak Anwar siang itu ketika menyambangi posko mereka. Beliau mendapat kabar baik dari Pak Kades ketika anak didiknya mendapat berbagai pujian.
"Makan-makanlah, Pak. Traktir gitu. Kan kita udah buat nama kampus jadi baik." Celutuk Rohim dan diamini yang lain.
Pak Anwar tertawa saja. Lalu, menepuk pundak Haga. "Pesen, Ga, apa yang kalian mau, nanti uangnya bapak transfer ke kamu."
Semakin menjadi sorak sorai bahagia kesembilan mahasiswa itu. Haga terpana untuk pertama kali selama mengenal Regina, dia melihat perempuan itu tertawa hingga matanya menyipit.
Tiba-tiba saja dadanya terasa nyeri karena ada sesuatu yang membuncah disana. Hanya dengan tawa itu bisa membuat Haga benar-benar jatuh cinta dengan sosok Regina.
Perempuan yang dia pikir tertutup dan dingin itu ternyata begitu hangat. Dia memperlakukan semua anggota KKN dengan baik. Masakan perempuan itu juga enak.
Ketika semua membubarkan diri untuk aktivitas masing-masing, Haga memberanikan mendekat ke arah Regina yang sedang duduk di selasar halaman sembari membari makan kucing.
"Kucingnya datang terus, ya?" Katanya membuka obrolan.
Regina mengangguk. Tangannya membelai bulu-bulu halus kucing tersebut. "Kucing suka gitu biasanya. Kalau dia tau ada manusia yang suka ngasih makan, pasti balik lagi."
Haga tersenyum. Dia senang ketika Regina membalas ucapannya. Biasanya perempuan itu hanya menjawab dengan singkat dan berlalu, seakan anti sekali dengan dirinya.
"Lo udah makan?" Ditanya begitu oleh Regina lantas saja membuat Haga terkejut, dadanya kembali nyeri karena salah tingkah.
"Belum." Jawabnya sambil menatap dalam mata Regina. Ternyata perempuan itu punya mata cokelat gelap, bula matanya tidak panjang tapi sedikit lentik.
Regina menggeleng. "Pantes nasi kotaknya dibawa sama Rohim. Makan sana, jadi ketua pasti butuh tenaga yang banyak."
Kali ini Haga tak menyembunyikan senyum sumbringahnya lagi. Yang awalnya ragu-ragu kini dia bertekad untuk serius mendekati gadis ini. Lagian, KKN tinggal 2 minggu lagi. Belum tentu selesai kegiatan ini dia ada waktu bertemu Regina.
"Re?"
"Hmm?" Regina hanya menggumam, tak menoleh karena asik melihat Kudes, nama si kucing. Rohim yang memberinya.
"26 hari ya kita kenal," kata Haga.
"Terus?" Kali ini Regina menoleh.
"Kalau gue suka lo gimana?"
Regina terdiam, tapi tak terkejut. "Ya, gak gimana-gimana."
Haga kecewa dengan reaksi yang dia dapat. Sudah dipastikan kalau cintanya bertepuk sebelah tangan.
"Setelah kegiatan ini, gue masih boleh deket sama lo, kan?"
Regina mengangguk dengan santai. "Boleh."
Haga menunduk, menyembunyikan raut senangnya.
"Kalau nanti gue nembak lo, lo bakal terima gak?"
Regina menghela nafas. Dia tak bodoh. Selama 26 hari disini, dia sudah sangat peka dengan rasa suka Haga padanya. Ditambah Amelia yang selalu berkata kalau Haga pasti suka padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Memories
ChickLitRere jatuh cinta pada Harfi. Kata orang, cinta membuat seseorang jadi kurang waras, ternyata benar. Rere gelap mata, dia terayu sentuhan hangat Harfi malam itu. Mereka sama-sama menjadi gila dan lupa dunia. Tetapi, Harfi sadar ini semua salah. Dia m...