Bab 8: Boss Dungeon

43 6 17
                                    

Aku melanjutkan penelusuran di ladang jagung. Langkahku terdengar berat di tanah. Sambil meraih tengkuk, aku merasakan bulu kudukku meremang. Entah mengapa ladang jagung ini menjadi terasa sedikit menakutkan.

Rasa dingin merambat di tulang belakangku. Rasanya seolah-olah ada mata tak terlihat yang terus mengawasi dari balik bayang-bayang. Ladang ini mengeluarkan aura horor yang membuatku tidak nyaman. Telingaku menjadi sensitif dengan suara gesekan daun-daun jagung yang terdengar di tengah kesunyian.

Tiba-tiba, hatiku berdegup kencang saat melihat sosok tergeletak di tanah. Pikiranku melompat ke kesimpulan buruk, mengira bahwa itu adalah seseorang yang terluka atau bahkan sudah tak bernyawa. Namun, setelah mengeceknya langsung, aku menghela napas lega.

"Ternyata hanya orang-orangan sawah."

Aku melihat ke sekeliling, ternyata ada banyak orang-orangan sawah di area tersebut. Ada yang tergeletak di tanah, mungkin jatuh karena tertiup angin. Ada juga yang masih berdiri kokoh di atas tiang-tiang penyangga. Mereka berdiri di tengah-tengah tanaman jagung, mengenakan pakaian yang tampak kusam dan usang. Wajah-wajah mereka tanpa ekspresi dan matanya kosong, membuatku semakin merinding.

"Abaikan mereka.. abaikan mereka..," aku bergumam untuk mengusir rasa takut.

Dengan hati-hati, aku melanjutkan langkah melewati patung-patung orang-orangan sawah tersebut. Aku baru berjalan beberapa langkah, namun sudah dikejutkan dengan suara sistem yang tiba-tiba muncul.

Tring!

[Quest: Kalahkan Sinisterstraw (0/100)]

Aku menelan ludah. Firasatku menjadi tidak enak. Insting menyuruhku untuk berbalik. Ketika aku menoleh ke belakang, tampak orang-orangan sawah yang tadi tertelungkup di tanah kini sudah berdiri. Kedua matanya yang semula kosong memancarkan cahaya merah yang menakutkan.

Mataku dapat melihat serat-serat jerami di balik baju kusamnya. Dari kedua tangan yang disumpal oleh jerami itu muncul ujung garpu tanah yang tajam. Orang-orangan sawah itu maju menyerang ke tempatku.

Aku menghindar ke samping, di luar dugaan, tangan monster itu sangat elastis sehingga tanpa perlu memutar ia langsung melancarkan serangan kedua yang berhasil melukaiku. Aku melompat mundur ke belakang, mengambil jarak.

Sambil memegangi dadaku yang terluka dan mengeluarkan darah, aku menggunakan kemampuan Heal untuk memulihkan bar HP.

Mataku memindai monster itu. Muncul nama "Sinisterstraw" berwarna kuning dan garis bar HP.

"Bar kuning? Apa dia lebih kuat dariku?"

Aku mengira-ngira. Dilihat dari gerakan dan luka yang diakibatkan olehnya, memang besar kemungkinan kalau monster orang-orangan sawah ini sedikit lebih kuat dariku. Namun, itu bukan masalah. Aku juga bisa bertambah lebih kuat, aku yakin bisa mengalahkannya.

"Aktifkan Shadow Move," ucapku.

Aura kegelapan keluar dari sekujur tubuhku, aku merasakan peningkatan drastis pada kecepatan dan kekuatan, sambil mengehunuskan golok aku gantian menyerang monster itu. Tiga sabetan golok mengenai perut, dada dan lehernya. Kepala monster itu putus, lalu ia mati.

"Boleh juga daya tahannya," gumamku.

Aku mendengar suara 'gedebuk', seperti ada benda yang jatuh. Kulihat, patung orang-orangan sawah yang berada di atas tiang penyangga bergerak-gerak. Mereka menjatuhkan diri lalu keluar dari sela-sela tanaman jagung. Semuanya menyerang ke arahku.

Sambil mengaktifkan Skill Shadow Move, aku mulai bergerak menghindari satu per satu serangan dari mereka. Setiap ada celah, aku layangkan sabetan golok dan membunuh monster-monster itu.

Train to The DungeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang