Bab 5: Sistem | Daily Quest

59 7 8
                                    

Tante Tara menunduk berkali-kali sambil minta maaf kepada petugas polisi. Aku jadi merasa bersalah sudah membuat kehebohan di stasiun, ditambah membuat Tante Tara panik.

Ternyata, tadi aku muncul di Stasiun Depok. Entah bagaimana aku bisa terpental begitu jauh dari Stasiun Jakarta Kota ke Stasiun Depok. Misteri hubungan antara dungeon satu dengan yang lainnya memang sulit dimengerti.

Sesampai di kantor polisi, mereka mulai menginterogasi dan terbukti bahwa aku bukan gelandangan. Aku juga bukan orang gila karena masih mengingat baik kontak Tante Tara. Mereka lalu menghubungi Tante Tara untuk menjemputku di pos polisi. Tante Tara tiba membawa jubah anduk miliknya dan memberikannya padaku untuk dikenakan sementara.

"Kelakuan Venator memang suka diluar nalar, tapi tolong jangan berkeliaran tanpa busana seperti tadi!" Pesan petugas polisi kepadaku.

"Baik Pak, maaf, saya diserang monster sampai pakaian saya robek semua, saya malu keluar dan bersembunyi di dalam stasiun," aku membuat pengakuan palsu, tapi setidaknya ini masuk akal dengan alur kejadian di tempat.

"Baiklah, kamu boleh pergi," kata petugas polisi satunya.

Setelah itu, aku masuk ke mobil Tante Tara, masih menunduk karena malu. Tante Tara mengenakan sabuk pengaman sambil menghela napas panjang.

"Kamu tidak pulang sampai tengah malam, tidak bisa dihubungi, aku sangat khawatir," kata Tante Tara. Belum pernah aku melihat raut wajahnya secemas itu Diluar dugaan, ia tidak membahas soal aku yang muncul dalam keadaan bugil. Syukurlah.

"Maaf Tante," ucapku, pelan. "Tidak hanya baju, ponselku juga rusak saat di dalam dungeon."

"Kamu ada uang? Nanti Tante pinjamin dulu buat beli ponsel baru ya, kamu butuh itu kan untuk mendapatkan info dari Asosiasi Venator."

"Tidak usah tante, aku masih ada tabungan, cukup kok buat beli handphone second," tolakku, tidak enak kalau sampai merepotkan Tante Tara lagi.

"Ya sudah, bilang saja nanti kalau butuh uang tambahan atau yang lainnya ya."

Aku mengangguk. Mobil pun melesat meninggalkan Depok dan kami kembali ke rumah Tante Tara di Jakarta Barat. Saat di perjalanan, tiba-tiba muncul layar biru setengah transparan di depanku.

Tring!

[Notification! Player wajib mengerjakan Daily Quest]

[Daily Quest! Membaca buku 60 menit (0/1)

Menyiram tanaman (0/3)

Lari 1 kilometer (0/1)

Push up (0/100)]

Mataku mengerjap. Layar sistem ini muncul lagi, artinya yang tadi terjadi di pantai tak berpenghuni memang nyata. Ditambah, sepertinya Tante Tara tidak menyadari kehadiran layar sistem di depanku ini.

"Tante Tara," aku memanggil..

"Hm?"

"Tante lihat papan ini tidak?" aku menunjuk ke layar sistem.

"Itu KFC kan?" Tante Tara malah merujuk ke papan reklame di pinggir jalan. Berarti tidak ada yang bisa melihat sistem ini selain diriku.

"Oke, kita mampir dulu ke KFC ya, kamu pasti belum makan."

"Eh?" Aku terkejut. "Tante, bukan itu maksudku!"

Gawat, Tante Tara malah jadi mengira aku ngode untuk dibelikan paket ayam.

"Tidak apa-apa Arka, Tante juga belum makan tadi," balasnya sambil tersenyum maklum.

Akhirnya kami tidak langsung pulang, tapi mampir dulu ke salah satu gerai ayam untuk makan malam. Padahal aku ingin cepat-cepat pulang dan memeriksa seluruh fitur sistem ini!

Train to The DungeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang