Bab 23: Penyerbuan

20 3 1
                                    

Aku berhasil menghancurkan pemukiman kedua dan ketiga. Beberapa goblin berhasil lari dari pengawasanku. Mereka melompati pagar-pagar tajam dan mencoba kabur ke pemukiman paling ujung. Namun, Chika dan Ravi yang mengawasi tempat itu dengan ketat langsung menghabisi goblin-goblin yang mencoba melarikan diri.

Mesin pintal di kedua tangan Chika mengeluarkan percikan listrik, di saat bersamaan benang-benang itu terurai dan Chika langsung melesat cepat ke para goblin tersebut. Ia melompat di atas mereka, kedua lengannya bergerak mengikuti pola tertentu, seketika benang-benang yang terurai bergerak dan mengikat tubuh para goblin tersebut.

Saat Chika berseru, listrik menyebar dan menyetrum para goblin itu sampai hangus. Mereka mati seketika.

Ravi mengejar gerombolan Goblin Raider yang mencoba melarikan diri ke arah hutan. Ia merentangkan kedua tangannya, angin berputar di sekelilingnya dan seketika mengangkat tubuh pemuda itu dua meter dari tanah.

Menggunakan kekuatan dorongan dari angin, Ravi melesat dengan cepat, seperti terbang. Ia sampai di jarak yang cukup, kedua tangannya di angkat ke atas dan terbentuk kumpulan angin yang memanjang dengan lengkungan seperti sabit.

Ravi melontarkan angin-angin berbentuk sabit itu. Setiap serangan dari angin sabitnya memotong-motong tubuh Goblin Raider dan hewan yang ditunggangi mereka.

Beberapa Goblin Raider tampak menunjukkan perlawanan. Mereka yang membawa panah-panah dan lembing melempari Ravi dengan senjata tersebut. Ravi bergerak gesit menghindari setiap serangan, ia mengempaskan angin di belakangnya, tubuhnya maju ke depan seketika dan Ravi menciptakan bola angin di tangannya. Ia menembakkan bola tersebut ke arah para Goblin Raider yang menyeranngya.

Bola itu memiliki inti angin hitam yang berputar, begitu mengenai salah satu goblin, bola angin itu meledak dan tercipta pusaran kecil yang menyedot semua goblin-goblin serta hewan tunggangan mereka ke dalam. Dari pusaran-pusaran tampak darah memercik. Setelah pusaran mereda, tubuh-ubuh goblin dalam keadaan terpelintir dan berdarah-darah terjatuh ke permukaan.

Ravi dan Chika mengerjakan tugas mereka dengan baik. Kini, aku menuju ke dua pemukiman goblin terakhir.

Dua pemukiman tersebut letaknya berdekatan dan tampak lebih luas dari tiga pemukiman sebelumnya. Aku harus meningkatkan kewaspadaan. Seperti yang kuduga, semakin jauh ke dalam, keberadaan Hobgoblin akan semakin bertambah banyak.

Tiba-tiba, bola-bola api memelesat dari arah menara penjaga yang terletak di sisi kanan kiri pemukiman. Aku berlari zig-zag untuk menghindari setiap serangan yang datang, lalu mengaktifkan Skill Shadow Move.

Pijakanku tiba-tiba goyah dan kepalaku terasa berat. Muncul layar peringatan dari sistem.

[Warning! Fatigue level saat ini 12%]

Aku buru-buru melirik ke bar biru di pojok kiri pandangan. Mana-ku sudah berkurang lebih dari setengah. Itu karena sejak tadi aku terus menerus menggunakan Skill Shadow Move.

"Seharusnya aku tidak hanya menaikkan stat STR atau DEX," gumamku.

Aku menyadari bahwa ada satu stat lain yang harus dinaikkan, yaitu INT. INT memang berpengaruh terhadap besar damage yang dihasilkan oleh serangan sihir. Sementara, seranganku lebih berfokus pada fisik. Namun, skill yang berkali-kali kugunakan—Shadow Move, membutuhkan jumlah mana yang tidak sedikit. Itu sebabnya. Aku merasa harus segera menaikkan stat INT untuk menambah jumlah mana.

Aku mengeluarkan satu botol small mana potion dari Inventory dan langsung meminumnya. Bar mana mulai bertambah. Selain itu, aku juga baru menyadari kegunaan dari sebuah item di Inventory. Lucunya, item itu sudah ada di Inventory-ku sejak awal, tapi aku baru menyadari kegunaannya.

Train to The DungeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang