Bab 12: Guild Moon Orchid

41 6 15
                                    

Aku menuju ke Gedung Pengrajin. Gedung itu memiliki 25 lantai dan selalu ramai dikunjungi oleh Venator. Begitu masuk, aku disambut oleh nuansa abad pertengahan yang kental. Siapa pun yang mendesain interior hall gedung ini patut diacungi jempol karena berhasil menciptakan suasana seperti di dunia fantasi.

Sebagian Venator terlihat sedang mengantri di depan loket Money Exchange. Money Exchange disini untuk menukarkan uang dungeon dengan uang rupiah. Para Venator mengenal tiga jenis mata uang, yaitu copper, silver dan gold.

Satu copper setara dengan 75.000 rupiah, sementara satu silver setara dengan 350.000 rupiah dan 1 gold sama dengan 750.000 rupiah. Tidak mengherankan para Venator peringkat atas bisa cepat kaya, mengingat mereka dibayar minimal dengan koin silver.

Di sebelah kiri hall terdapat restoran dan kafe-kafe, banyak Venator yang sedang istirahat sambil menikmati cemilan atau makan besar di sana.

Menaiki lift, aku menuju ke lantai tiga. Lantai tiga sampai lima dikhususkan untuk menjual material mentah. Disini, para Venator bisa menukarkan material yang mereka dapat dengan mata uang dungeon.

Aku melewati toko-toko kecil yang etalsenya memajang aneka tumbuhan, hewan, sampai rentetan tulang-tulang monster. Beberapa Venator terlihat sedang bernegoisasi dengan pemilik toko, ada yang sedang memilah material mentah juga.

"Ah, ketemu tokonya," ucapku.

Toko Fae Ferns tampak seperti seperti toko yang menjual material mentah pada umumnya. Terdapat hiasan dan ornamen-ornamen tanaman rambat untuk menampilkan spesilisasi toko tersebut. Tulisan Fae Farns tercetak di atas pintu dengan dekorasi kayu unik. Kaca etalsenya menampilkan botol-botol dengan aneka tumbuhan yang sudah dikeringkan.

Aku masuk ke dalam, terlihat seorang pemuda berjubah putih yang berdiri membelakangiku. Ia sedang bernegoisasi dengan pemilik toko.

"Selamat datang!" sapa si pemilik toko saat melihat kehadiranku. Pemuda berjubah itu ikut menoleh. Namun, ia tampak tak acuh.

Aku mengerutkan kening. Kupikir pemuda itu adalah Ketua Guild Moon Orchid, tapi kenapa reaksinya seperti itu. Menebak-nebak tidak akan ada ujungnya, lebih baik kutanyakan langsung.

Pemilik toko pergi ke dalam untuk mengambil uang pembayaran, melihat kesempatan aku langsung menghampiri pemuda itu.

"Apa Anda Ketua Guild Moon Orchid?" tanyaku.

Pemuda berkacamata itu tampak terkejut. Ia menoleh lagi padaku dan mengerjap beberapa kali.

"Kamu Arkana Ganendra?" tanyanya, seperti tidak percaya.

Ah, sudah kuduga. Dia tidak mengenaliku karena wajahku berbeda dengan foto di ID.

"Benar, itu aku."

Ia buru-buru membuka ponselnya. Pasti sedang mengecek ulang foto di ID dengan wajah asliku saat ini.

"Berbeda jauh ya, aku sampai pangling, haha," ucapnya disertai tawa canggung.

"Tidak apa-apa, anda bukan orang pertama yang bereaksi seperti itu," kataku sambil ikut tertawa karena mengingat kejadian tadi pagi di rumah.

"Aku Denis Wardana, Ketua Guild Moon Orchid," sambutnya sambil menyodorkan tangan.

Aku menyalaminya balik. "Salam kenal, Ketua."

"Cukup panggil Denis."

Ia tidak tampak seperti Ketua Guild yang biasanya kutemui. Wajahnya tampak bersahaja dan sedikit melankolis. Aku tidak merasakan nada yang meninggi di ucapannya dan ia memandangku setara dengannya. Namun, tidak mengherankan kalau orang sepertinya menjadi Ketua dari Guild yang kurang populer. Aku bahkan baru kali ini mendengar nama Guild Moon Orchid.

Train to The DungeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang