Bab 24: Ogre

25 3 0
                                    

Bangunan tinggi besar yang menjulang di hadapanku adalah 'istana' milik sang raja goblin. Terdiri dari lima tingkat yang disambung oleh tangga kayu, bangunan itu tampak luas dan kokoh dari luar. Di paviliun yang letaknya paling tinggi terdengar suara geraman.

Dari lubang seperti pintu, keluar sosok besar yang tingginya mencapai tiga meter. Kulitnya hijau, tubuhnya tinggi besar berotot dengan rambut hitam panjang. Ia memiliki sepasang mata merah menyala dan gigi taring yang besar dan tajam. Tubuhnya dilapisi oleh armor dan tangan kirinya mengangkat tubuh seorang wanita yang kukenal.

"Mama!" Chika berseru takala melihat ibunya, pingsan di dalam genggaman raja goblin tersebut.

"Walau pun dia raja, tapi wujudnya tidak seperti goblin," gumamku sambil memindai monster tersebut.

Muncul sebaris nama singkat, "Ogre" berwarna merah di atas kepala monster itu berserta dengan garis bar HP-nya yang panjang. Monster ini sudah melewati dua kali tahap evolusi, pantas ia menjadi raja para goblin tersebut.

"Ogre." Aku memandang monster itu, horor. Di dalam buku panduan Asosiasi Venator, Ogre termasuk dalam monster Kelas A. Mereka agresif, petarung handal dengan kekuatan mengerikan, tapi sangat gesit. Ini tidak akan menjadi pertarungan mudah, terlebih karena peringkat monster ini berada di atasku.

Tring!

[Quest: Capai lokasi pemimpin goblin (1/1)]

Layar dari sistem muncul, tapi sesuatu yang baru pertama kali kulihat terjadi. Tulisan di layar itu hilang timbul seperti mengalami glitch, lalu perintah questnya berubah.

[Quest: Bunuh Ogre (0/0)]

Aku menelan ludah. Di dalam hati, sebenarnya aku merasa girang menantikan pertarungan yang solid dan menantang. Namun, menyadari bahwa ada nyawa lain yang harus kuprioritaskan disini, aku lebih berharap monster-monster yang kuhadapi tidak terlalu sulit agar bisa meminimalisir jatuhnya korban.

Chika tidak kuasa melihat kondisi ibunya, ia berlari ke arah Ogre itu, tapi untung Ravi menangkap tubuhnya dengan cepat.

"Lepaskan, Ravi! Aku ingin menyalamatkan Mama!" Chika memberontak.

"Apa kamu bodoh? Kalau kamu gegabah menyerang, monster itu justru akan membunuh Ibumu!" sentak Ravi sambil menguatkan kurungan lengannya di tubuh Chika.

Walau tubuh Ravi lebih kecil dari Chika, tapi karena dia Venator Peringkat A, otomatis tenaganya jauh lebih besar dan kuat dibandingkan gadis itu. Chika akhirnya kelelahan dan berhenti melawan. Air matanya tumpah dan ia menangis sesugukan.

Ogre itu mengangkat tangannya yang menggenggam tubuh Tante Tara. Mataku membelalak saat ia melempar Tante Tara begitu saja, seperti membuang mainan yang sudah tidak terpakai.

Ravi yang berada paling dekat dengan arah jatuh Tante Tara langsung lompat dan menangkap wanita itu. Ia mendarat di samping Chika, menggendong Tante Tara lalu merebahkannya di atas rumput.

"Mama, bangunlah!" seru Chika sambil menggoyang-goyang tubuh ibunya.

Ravi mengamati Tante Tara dengan seksama, pakaiannya sebagai robek dan menampilkan kulitnya. Ravi dengan sigap melepas seragamnya dan menggunakannya untuk menutupi tubuh Tante Tara. Kuakui walau mulutnya tidak bersahabat, tapi sikapnya cukup gentle kepada wanita yang lebih tua.

Ravi menatap keheranan pada bagian bawah tubuh Tante Tara. Matanya menangkap cairan kental putih yang mengalir dari bawah roknya.

"Apa ini?" tanya Ravi sambil menyentuh cairan tersebut. Anak laki-laki itu mengendusnya dan ia mengernyit seketika.

Chika yang melihat ekspresinya, langsung menatap cairan putih kental di antara sela-sela jari Ravi. Ia dengan cepat menyadari apa yang telah dialami ibunya. Wajah gadis itu mengeras, kemarahan menderanya.

Train to The DungeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang