Bab 13: Rottenbloom Dungeon

30 6 21
                                    

Terowongan itu tidak gelap karena tumbuhan merambat yang ada di langit-langit memancarkan cahaya biru. Aku dapat melihat dengan jelas bahkan tanpa bantuan kemampuan Clairvoyance.

Tanah yang kupijak bergerak-gerak seperti bernapas. Ada lendir-lendir membentuk jaring laba-laba dan mahluk hitam menggeliat di sana, seperti cacing seukuran tangan orang dewasa.

Lambat laun terdengar suara dentingan senjata dan benda tumpul yang menghantam perisai. Begitu keluar dari terowongan, aku dan Denis tiba di area yang lebih luas. Di sana, kelompok yang dipimpin oleh Anto tengah bertarung dengan segerombol monster berbentuk kecambah.

Mataku mengidentifikasi monster itu dengan nama Blighted Sprout. Monster kelas C berbentuk biji kecambah dengan dua tangan berbentuk daun tajam. Mereka menyerang dengan melompat dan berputar seperti gasing.

"Awas!" seru Denis, tiba-tiba. Ia berdiri di depanku sambil mengayunkan tongkatnya.

Dari lingkaran biru bercahaya muncul genangan air yang menyebar, lalu melompat seekor ikan besar dari air dan memangsa Blighted Sprout yang mendekat ke arah kami.

Itu kemampuan pertahanan tipe area. Sekeliling kami sekarang digenangi air jernih dengan riak-riak air kecil. Jika ada monster yang menginjakkan kakinya di riak tersebut, ikan dalam wujud elemen air akan langsung menyantapnya.

Kemampuan Denis ternyata melebihi ekspetasiku. Kalau dipikir-pikir, sebagai Ketua Guild seharusnya dia memang memiliki kemampuan bertarung yang bagus. Aku mencoba mengidentifikasi statusnya menggunakan Clairvoyance, ini pertama kalinya aku mencoba ke manusia.

Ternyata bisa. Muncul layar biru setengah transparan di atas kepala Denis.

[Name: Denis Wardana
Race: Human | Rank: A
Job: Mage | Element: Water
Path: Gentleness

Guild: Moon Orchid]

Aku terkejut, ternyata dia Venator Peringkat A. Tidak hanya itu, dia juga mempunyai Path. Path adalah berkah yang diberikan kepada Venator terpilih. Masih belum diketahui darimana sumber kekuatan Path berasal dan bagaimana Venator bisa memperoleh Path, tapi beberapa pembuat teori di internet yakin kalau Path diturunkan oleh entitas asli Dungeon. Beberapa bahkan menyebut mereka Dewa. Yah, itu hanya teori.

Sementara aku dan Denis berada di dalam sihir lingkaran biru yang aman, Anto, Malih dan kelompoknya tampak mulai kewalahan bertarung. Formasi mereka sebenarnya cukup bagus. Anto bertindak sebagai Tanker menggunakan kemampuan Taunt untuk memancing seluruh monster menyerang dirinya. Sembari ia bertahan dibalik perisasi, dua mage dari kelompoknya melempar bola-bola api dan angin.

Malih dan empat anggota kelompok lain yang berperan sebagai Fighter akan menyerbu dari samping dan membantai monster-monster tersebut. Seorang dari mereka adalah Marksman, ia mengambil jarak cukup aman dan menembakkan peluru-peluru es dari handgun-nya. Namun, formasi itu mulai goyah karena monster yang muncul semakin banyak.

Dua mage di belakang Anto tampak pucat, sepertinya mereka mulai kehabisan mana. Sementara Malih dan empat Fighter lainnya diserang dari belakang oleh Blighted Sprout, begitu pun dengan Marksman mereka yang fokusnya terbagi dua karena ia sendiri diserang oleh beberapa monster. Anto ujung-ujungnya harus bertahan sekaligus menyerang sendirian.

Anto menoleh dan tidak sengaja melihat kami. Wajahnya seketika memerah.

"Kamu—si kacamata!" Ia berteriak kepada Denis. "Sihirmu tampak kuat! Bantu kami mengalahkan monster-monster ini! Hasilnya akan kubagi rata!"

Di dalam hati aku ingin mentertawakan Anto. Ia begitu mudah berubah sikap saat mengiba bantuan, tapi tidak segan mengkhianati orang itu sedetik kemudian. Aku harap Denis tidak termakan bujuk rayunya.

Train to The DungeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang