teman lama

48 11 26
                                    

Ketegangan menyapa selama beberapa menit, tetapi setelah itu gelak tawa terdengar memenuhi seisi ruangan minimalis milik sang kepala sekolah. Siapa lagi kalau bukan Bunda Angeline? Wanita itu tertawa keras sambil menyeruput tehnya melalui pinggiran cangkir.

"Apakah aku menyeramkan sekali sehingga membuatmu terpaku seperti pencuri yang tertangkap basah, Xaviera?" tanyanya.

Dengan cepat, Xaviera menggeleng. "Tidak, aku hanya ingin bertanya saja. Maaf, kalau pertanyaanku kurang berkenan." Lagipula, ekspresi Bunda Angeline kurang bersahabat. Raut wajahnya berubah dratis, hal itu yang membuat Xaviera menegang. Barangkali wanita itu enggan menjawab apa pun soal Hydra.

Secangkir teh ditaruhnya perlahan, lalu Bunda Angeline bangkit dari duduknya. Dia berjalan ke arah jendela yang menghadap pemandangan luar. Dari samping kita bisa melihat ada segurat senyum terukir.

"Itu hanya cerita yang dibuat-buat. Sekolah ini aman bagi siapa pun yang ingin belajar sihir dengan baik." Jeda wanita itu sesaat, kemudian kepalanya menoleh, sorot matanya tertuju pada Xaviera. Tatapan mereka bertemu. "Lebih baik, kamu fokus belajar memahami kekuatanmu seperti apa, Xaviera. Benar, kan, Paman Jack?

Dehaman pelan sebagai jawaban Paman Jack. Pria tua itu tidak banyak bicara dan lebih banyak diam selagi interaksi antara Bunda Angeline dan Xaviera berjalan.

"Hu'um, daripada kita membicarakan soal cerita palsu yang beredar, aku akan jelaskan beberapa sistem pendidikan sihir di Menkalinan." Wanita serba pink itu duduk kembali ke tempat semula. Cangkir tehnya tinggal sedikit, dibiarkan tanpa dihabiskan lebih dulu.

Setiap tahun, Menkalinan School menerima setidaknya 25 orang penyihir muda yang ingin menimba ilmu. Dan, ada tingkatan untuk jenjangnya. Tingkat satu, dua, dan tiga. Setiap jenjangnya memuat teori dan praktik. Sistem pembelajarannya pun tidak terlalu rumit. Kecuali, saat menuju lulus, setiap siswa wajib mempraktikan kekuatannya untuk melawan musuh asli di sebuah medan perang yang sengaja disediakan oleh sekolah. Antara hidup dan mati, mereka harus berjuang sampai menang.

Konon, ada yang pernah mengatakan, bahwa beberapa penyihir tingkat tiga mati mengenaskan dan tidak berhasil lulus. Seperti biasa itu hanyalah desas-desus yang makin merambat hingga menimbulkan kekelaman sendiri.

Xaviera menyimpulkan, mungkin Maylinda terkena serangan kabar burung kalau Menkanlinan sangatlah berbahaya, padahal kenyataannya tidak. Melihat kepala sekolah yang sedikit nyentrik, Xaviera percaya dia bisa banyak belajar di sini.

Lanjut, di Menkalinan terdapat lima kelas besar, yang sebenarnya ini adalah laboratrium pendalaman teori.

Satu, kelas beracun. Ini tempatnya para siswa meramu ramuan sihir sesuai arahan guru. Mulai dari bahan alami sampai serangga yang mematikan. Gunanya, agar para siswa bisa mempunyai tameng menangkal racun, atau membunuh secara perlahan musuh yang menganggu.

Kedua, kelas ramalan. Lewat bola-bola kristal, para siswa bisa menyimpan berbagai memori kehidupan. Khususnya, kenangan buruk. Agar beban pikiran terasa lebih plong. Namun, kelas ini sangat membutuhkan fokus dan kerelaan batin, karena sekalinya bola kristal itu pecah, kenangan buruk akan berlipat ganda pada rasa traumanya.

Ketiga, kelas panahan. Sebenarnya, ini kelas yang dikhususkan untuk tingkat dua dalam mendalami peperangan, tetapi tingkat satu pun boleh mengambil kelas ini. Barangkali, di luar kendali ada yang penyerangan dadakan. Setidaknya sejak awal sudah dipersiapkan sebaik mungkin.

Keempat, kelas strong and power. Kelas khusus semua tingkatan. Di sini, satu per satu akan dilatih menemukan, mengendalikan, dan meredam kekuatan masing-masing yang dimiliki sejak awal. Bagi penyihir berdarah campuran dan murni, keduanya pun berbeda dalam pewarisan kekuatan sihir.

HYDRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang