"Kamu sudah bangun?"
Xaviera mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Setengah sadar, dia mencoba bangun. Kepalanya pun terasa pusing. Samar-samar terlihat gadis bermata bulat dengan rambutnya tersemir warna merah jambu menatap Xaviera lekat.
"Semalam kamu tidur lebih dulu. Mungkin, lebih tepatnya ketiduran. Jadi, kita belum sempat berkenalan, karena semalam aku ada perkumpulan, lalu pulang larut ke asrama," jelas si gadis bermata bulat yang berdiri di dekat tempat tidur Xaviera.
Setelah beberapa menit menstabilkan diri, Xaviera baru merespons. "Ah, kok, bisa ketiduran, ya? Maaf, aku merasa kurang sopan belum berkenalan dengan teman sekamarku," ujarnya. Memang benar, selepas Paman Jack dan Altair mengantar ke asrama, Xaviera langsung merebahkan diri di tempat tidur. Dia baru masuk kelas keesokan harinya. Bahkan, Xaviera tidak tau kalau ketiduran dan malah berlanjut sampai pagi. Belum lagi, tidak ada yang sengaja membangunkannya.
"Tidak usah khawatir. Kita bisa memulainya sekarang. Namaku Lunar Auriga Arabela. Kamu bisa memanggilku Lunar." Lunar mengulurkan tangannya, bermaksud berkenalan.
Xaviera membalas uluran tangan Lunar sambil tersenyum kecil. "Salam kenal Lunar. Aku Xaviera Ronelya Queen." Keduanya pun saling menjabat tangan.
"Ah, kamu masuk kelas apa, Xaviera? Aku ada di kelas Virgo."
"Kelas Aquarius, Lunar."
"Aquarius? Wah, kamu sekelas dengan si ketua kelas yang pendiam dan misterius itu, ya?" Namanya Vesta."
Xaviera berdeham. "Hm, aku belum kenal siapa-siapa saja yang nanti menjadi teman kelasku, Lunar. Aku hanya tau Altair. Dia teman kecilku. Kebetulan desa tempat tinggal kami berdekatan."
Lunar mengangguk-anggukan kepala, tanda mengerti. "Baiklah, Xaviera. Kuharap ke depannya kita semakin akrab, ya. Sekarang bergegaslah mandi, lalu siap-siap. Kamu mulai masuk ke kelas hari ini, 'kan?"
"Ah, aku sampai lupa," jawab Xaviera sambil menepuk dahinya sendiri, kemudian beranjak dari atas tempat tidur. Setelahnya, Lunar berpamitan lebih dulu untuk pergi ke kelasnya.
"Aku pergi dulu, Xavier. Nanti kita berbincang lagi, ya."
"Pasti!"
Xaviera kira, setiap kamar di asrama memuat 4 sampai 5 orang. Ternyata, hanya ada 2 orang saja. Baguslah, Xaviera tidak perlu pusing terlalu banyak memikirkan perasaan dari banyak kepala yang ada. Hanya Lunar saja yang perlu dijaga hatinya, karena mereka teman sekamar sekarang.
***
Derap langkah menggema di antara pilar-pilar penyangga kastil Menkalinan. Xaviera berjalan menelusuri lorong yang sepi menuju kelasnya. Untungnya kemarin, Altair memberitahu lokasi ruang kelasnya yang harus dituju hari ini. Namun, setelah melewati tikungan, kemudian berbelok Xaviera seperti kehilangan arah. Dia berhenti melangkah dan mendapati beberapa figura tanpa foto terpajang di dinding yang kusam. Gadis itu mencoba tenang, lalu mencari jalan keluar lagi. Tetap saja, dia tidak melihat sebuah ruangan atau suara guru sedang mengajar.
Apa aku benar-benar tersesat? Bagaimana ini? batin Xaviera mulai resah. Lima menit mencari jalan, yang ada hanyalah kebuntuan. Mendadak pening di kepala terasa menekan. Xaviera hampir saja limbung. Tiba-tiba, tubuhnya tertabrak oleh seseorang yang baru saja melewatinya.
"Tunggu!" teriak Xaviera. Dia bisa melihat seorang siswa laki-laki memakai seragam yang sama seperti dirinya. Dengan napas tersengal, Xaviera mencoba berjalan mendekat.
"Kamu tau ke mana arah Kelas Aquarius? Sepertinya aku tersesat," tanya Xaviera.
Tanpa memutar balikan badan, siswa laki-laki itu bersuara pelan. "Aku akan ke kelas Aquarius. Kamu bisa mengekor di belakangku," ujarnya dingin, lalu melanjutkan langkahnya lagi. Setengah melongo, Xaviera bergegas mengikutinya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
HYDRA [TERBIT]
FantasyKalau bukan karena kematian sang ayah, Xaviera Ronelya Queen tidak akan nekat bersekolah di Menkalinan School, sebuah sekolah sihir yang menyimpan banyak rahasia kelam dan kutukan. Hanya sekolah itulah yang bisa membantu Xaviera menemukan kekuatan...