Waktu hampir menunjukan pukul tengah malam. Langit di atas kastil Menkalinan tampak cerah dengan purnama menggantung sempurna. Tidak lupa di kelilingi oleh awan-awan. Sampai detik ini, Xaviera kesulitan untuk memejamkan maranya. Dia teringat sesuatu soal pintu rahasia yang katanya hanya bisa terlihat oleh seseorang yang memiliki kekuatan tertentu. Entah kekuatan apa itu, sangat mengganggu pikiran Xaviera sekarang.
Sekejap Xaviera bangun dari posisi rebahannya. Dia melirik sekilas ke arah Lunar yang tidur memunggungginya, kemudian menghela napas panjang.
Apakah harus mencarinya malam ini?
Tanpa babibu, Xaviera keluar dari selimut tebalnya. Dia meraih lilin dengan piring kecil sebagai tatakan, lalu berjalan pelan-pelan ke arah pintu keluar kamar. Hanya mengenakan piyama tidur, dia nekat keluar.
Begitu membuka pintu, kegelapan langsung menyambut Xaviera. Tidak ada penerangan sama sekali. Hanya sepi dengan suasana temaram yang menemani setiap langkah Xaviera. Gadis itu mengandalkan insting untuk menemukan jalan ke perpustakaan. Dia berpikir, kalau kemarin ular besar itu muncul di antara kabut tebal di dekat sana. Mungkin pintu rahasia itu tidak jauh dari perpustakaan.
Xaviera tidak takut sama sekali. Dia hanya takut tersesat, kemudian berujung gagal mencari pintu rahasia yang telah lama dia pikirkan sendiri.
Tidak butuh waktu lama, sebentar lagi Xaviera berhasil mencapai arah yang dituju. Jalan menuju perpustakaan sekolah.
"Apa itu?" gumam Xaviera. Mendadak langkahnya terhenti. Sebuah pintu besar dengan ukiran berbagai macam bunga dan di pertengahan pintu terdapat gambar ular besar sedang melawan penyihir bertudung hitam mengalihkan atensi Xaviera.
Apakah mungkin?
Perlahan, gadis berpiyama itu mendekat ke pintu itu. Dia takjub. Arah matanya menelusuri setiap bagiannya dari atas sampai bawah. Lilin yang dipegangnya ditaruh di lantai, lalu tangan kanannya terulur untuk menyentuh pintu itu.
Sedetik kemudian, terdengar suara pintu terbuka. Perlahan Xaviera bisa melihat ukiran yang ada di pintu tersebut bergerak, berpindah ke posisi lain. Seperti membuka segel yang disembunyikan selama ini.
"Terbuka?" Xaviera mengayunkan kedua kakinya masuk ke sebuah ruang dari balik pintu itu. Dia menembus kegelapan, meninggalkan lilin sebagai penerang jalan.
Disambut oleh kabut pekat untuk pertama kali, Xaviera tidak dapat melihat apa pun di sekeliling. Dia hanya bisa merasakan dingin merambat ke seluruh tubuh.
"Halo? Apakah ada orang di sini?" panggil Xaviera ke sembarang arah, barangkali ada seseorang juga seperti dirinya. Terjebak atau bahkan mencari sebuah rahasia.
Xaviera menghentikan kedua kakinya melangkah tatkala mendengar suara milik seseorang atau siapa pun itu sedang berjalan ke arahnya. Dengan sedikit takut, Xaviera menunggu di antara kabut pekat.
"K-kamu siapa?"
Seorang laki-laki muda sama seperti dirinya berdiri di tempatnya. Wajahnya datar dengan rambut agak gondrong hingga menutupi separuh matanya. Dia tidak menampilkan ekspresi apa-apa. Hanya menatap Xaviera lurus.
Merasa diabaikan, Xaviera mencoba mendekat. Dia berhenti lagi, lalu bertanya untuk kedua kalinya. "Kamu siapa? Kenapa bisa ada di sini?"
"Aku hanya seorang penjahat."
Jawabannya itu membuat Xaviera mengernyit. Tidak menyerah, Xaviera mencoba memastikan sekali lagi. Kalau penjahat, kenapa dia tidak melempar Xaviera dengan benda tajam atau sihir yang bisa mencelakai.
"Kenapa kamu tidak menyerangku, jika memang penjahat?"
"Karena aku...." Suara milik laki-laki muda itu terjeda. Seperti tertahan di tenggorokan. Membuat Xaviera menelengkan kepala, menunggu jawaban yang dinanti meskipun berujung didiamkan. Karena laki-laki muda itu mendadak pergi, bermaksud meninggalkan Xaviera.
"Tunggu! Kamu mau ke mana? Jawab dulu pertanyaanku!" teriak Xaviera. Dia mulai mengekor di belakang.
"Apa mungkin kamu adalah Hydra?"
Pertanyaan itu mampu membuat langkah laki-laki muda itu berhenti.
"Apa aku benar?" Xaviera belum menyerah. Dia tidak takut, kalau setelah ini dirinya dimakan atau diserang.
"Benar. Aku adalah Hydra yang kamu maksud."
KAMU SEDANG MEMBACA
HYDRA [TERBIT]
FantasyKalau bukan karena kematian sang ayah, Xaviera Ronelya Queen tidak akan nekat bersekolah di Menkalinan School, sebuah sekolah sihir yang menyimpan banyak rahasia kelam dan kutukan. Hanya sekolah itulah yang bisa membantu Xaviera menemukan kekuatan...